Wednesday, January 02, 2008

Terbang Ke Jakarta

Saya ke Jakarta naik pesawat dari Bandara Raden Intan, Lampung, Sabtu pagi kemarin (30/12). Mungkin ini yang kedua kalinya saya naik pesawat. Sebelumnya, pertama kali naik pesawat, saya masih kecil. Kira-kira usia anak TK. Masih imut dan nakal. Waktu itu berangkat dengan ibu saya, dari Bandara Sultan Mahmud Badarudin II, Palembang, tujuan ke ke Bandara Internasional Juanda, Surabaya. Adik Ibu saya yang terakhir melangsungkan pernikahan dengan mempelainya.

Minggu sore (31/12), saya sudah kembali pulang ke Lampung. Saya tidak bisa berlama-lama di Jakarta karena ada urusan mendadak selama kurang dari 24 jam itu. Beruntung saya bisa menumpang menginap di rumah dua teman akrab saya, Abdul Aziz dan Hendri Gustian, di daerah Rawasari, Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat. (Terima kasih akhi, lain waktu saya menumpang lagi ya. Hehe...)

Perjalanan dengan menumpang pesawat terasa aneh. Betapa seperti orang baru pertama kali naik pesawat. Dengan memegangi sebuah kamera digital, saya memfoto-foto ruang tunggu keberangkatan pesawat di Bandara Raden Intan. Bahkan, pandangan saya seperti seorang detektif (halah..). Mata memandangi hampir ke penjuru sudut ruangan dan memerhatikan para calon penumpang yang akan berangkat. Sambil lirik-lirik adakah cewek cakep di sana? (Hehe..)

Hari Sabtu pagi itu, saya kira pesawat yang berangkat adalah pesawat yang saya tumpangi (Adam Air). Ternyata, pesawat Sriwijaya Air berangkat lebih cepat satu jam (sekitar pukul 9 pagi). Service mereka cukup memuaskan. Terlihat petugasnya menyediakan makanan kotak dan minuman hangat, seperti teh dan kopi. Ya, itu khusus penumpang Sriwijaya Air di Bandara Raden Intan, Lampung. Sayangnya, Adam Air tidak menyediakan itu. Saya hanya 'ngiler' aja melihat para penumpang Sriwijaya Air menyeruput minuman dan makanannya di ruang tunggu itu.

Satu jam setelah keberangkatan pesawat Sriwijaya Air ke Jakarta, tiba berikutnya keberangkatan pesawat yang saya tumpangi, Adam Air tujuan ke Jakarta juga. Kamera digital di tangan kanan saya siap membidik dan memfoto suasana lapangan terbang serta pesawat yang akan mengangkut saya.

Di depan pintu masuk pesawat, seorang pramugari cantik tersenyum. Ia berkulit putih dan manis (emangnya gula, Hehe...). Memang rata-rata harus begitu ya menjadi seorang pramugari. Seperti menjadi Sales Promotion Girl atau SPG. Ya, mungkin mutlak penampilan harus cantik. Soal kriteria lainnya bisa nomor dua dan kesekian kan?Untung saya dapat kursi paling dekat dengan jendela. Jadi, bisa melihat dan memfoto pemandangan yang sangat indah di luar. Diam-diam saya memfoto pramugari ketika pesawat sebelum "take off" dari bandara. Dua pramugari memperagakan keselamatan diri jika terjadi kecelakaan. Ada jaket pelampung di bawah kursi, masker oksigen di bagian atas, dan pintu darurat. Semua dipergarakan pramugari itu dengan santainya. Tampaknya para pramugari itu memang sudah sangat terbiasa memperagakan alat-alat keselamatan darurat itu setiap sebelum pesawat lepas landas.

Tiba-tiba suara pramugari memberitahu para penumpang terdengar dari pengeras suara. Pesawat siap "take off". Desingan suara jet pesawat terdengar keras hingga ke ruang kabin penumpang. Kamera digital saya letakkan mengarah ke luar jendela. Saya setting untuk mode video dan siap "record". Oh ya, tapi cuma punya hasil "record" pendaratan yang bisa lihat di sini.Menakjubkan! pesawat akhirnya terbang hingga mencapai 15.000 kaki!!. Hore!! Saya terbang. Pemandangan melihat ke bawah sungguh menakjubkan. Subhanallah. Indah sekali bisa melihat sebuah gugusan pulau. Seperti melihat Google Earth dari internet.

9 comments:

Anonymous said...

Bukannya ga boleh nyalain digicam yah klo di pesawat?

Adam Air kemaren nyaman kan Rik?
Nike waktu akhir Oct kemaren jg naek Adam, dikasih Rotiboy kok Rik.

Anonymous said...

iya nich
sepertinya emang ngga bole nyalain digicam
berarti poto2 diatas ilegal

Anonymous said...

iya nich
sepertinya emang ngga bole nyalain digicam
berarti poto2 diatas ilegal

Idrus Fhadli said...

nah loh, kok ado gambar di pesawat mak ini??? kulaporke kau kak *ngaciiirrr*

btw, kok ado rumah aku ye di foto udara tu??? *ngawak :P*

Anonymous said...

dulu pas pertama kali terbang dan pengen foto saya nanya dulu ke pramugarinya. dibilangnya boleh foto stl pesawatnya stabil di udara. yang gak boleh itu waktu take off dan landing atau saat lampu merah dinyalakan. :D

yang sama skali gak boleh itu nyalain hp karena sinyal nya bisa merusak instrument penerbangan.

-imgar-

Eriek said...

Nike: eh, boleh kok bawa digicam dan foto2 seperti yang aku publish screenshoot-nya di blog ini. pramugarinya ngga melarang. yang dilarang kan ngidupin HP. katanya mengganggu sistem navigasi selama penerbangan.

ya lumayan nyaman deh buat saya yang masih 'katrok' naik pesawat kedua kalinya. hehe...yang kurang nyaman selama perjalanan 30 menit itu, ngga 'ngemil' karena ngga dikasih sama pramugarinya. huh...

mungkin kalo berangkat dari Palembang, agak lama perjalanannya dan service-nya bagus. minimal dikasih snack roti ya. kalo berangkat dari Lampung, ternyata 'ngirit'.

funkshit: boleh kok ngidupin digicam. tuh liat kan hasil screenshoot waktu terbang. hehe...*bangga mode "ON"

idrus fhadli: nak lapor kemano? mano ado rumah kau drus. di bawah itu daerah Banten, bukan di Palembang. hehe...

imgar: ya...kok tanya sama pramugarinya kang? langsung pasang kamera di deket jendela, terus foto2 aja. banyak pemandangan bagus bisa diabadikan selama dalam pesawat. momen yang ngga terlupakan :-)

Ranny Rachma Suci said...

emang keren tuh liat pemandangan dari atas ke bawah.eh saya juga nyalain digicam waktu dipesawat.sekali-sekali nakal gpp kan.

Putri Wanasita said...

aghh akhirnya kamu ke jkt juga yah? heheheee

Eriek said...

@cipluq: sebenarnya ada larangan menghidupkan camera digital gak sih? kok banyak yang bilang dilarang? tapi, kalo saya mah santai aja. Pramugari mah ngga pernah perhatian sama saya kok. hehe...jadi, bebas aja memotret pemandangan di bawah.

@putlie: iya dong ke Jakarta. lama-lama udah kebiasaan karena deket. hehe...nah, kamu kapan ke Lampung? *ngarep