Saturday, December 29, 2007
Dari Lampung ke Kopi Darat "Wongkito"
Bahkan, kabar akan diadakannya kopdar itu ketika diajak ikut konferensi di Yahoo Messanger (YM) secara tidak sengaja beberapa waktu yang lalu. Nike, blogger Palembang yang juga baru saya kenal dari YM, menggagas acara kopdar ini. Kira-kira ada sekitar 15-an blogger Palembang waktu itu yang online dan ingin ikut acara kopdar.
Akhirnya Kopdar yang ditunggu-tunggu itu dihadiri oleh Ardy (sang ketuo "Wongkito"), Pak Alam, Pak Victor, Jafis, Aulia, Farhan, Ferdi, Idrus Fadhli, Nike, Ibunk, Ranny, Wahyu, Muda Ali dan saya. Intan, adik tingkat saya yang juga kuliah di Unila, beruntung mau menemani saya datang di kopdar ini. Tapi sayangnya, Intan belum punya blog meskipun sering saya rayu dia segera buat blog :-)
"Saya kan gak punya blog kak, ntar gimana nanti gak nyambung,"kata Intan. Saya bilang, ngga apa-apa ikut. Kan nanti bisa nambah banyak teman blog yang tinggal di Palembang. "Saya juga belum kenal banyak dengan mereka sebelumnya,"bujuk saya ke Intan. Akhirnya tanpa bersusah payah membujuknya, Intan mau ikut dengan saya acara kopdar.
Cerita berikutnya ditunda dulu. Ada kerjaan nih. Nanti disambung kembali cerita dari acara kopdar ini. Hehe....
*foto di atas dicopy dari blog Nike
Tuesday, December 25, 2007
Reuni Sahabat Lama dan Pindang Pegagan
Sahabat-sahabat dekat saya itu seperti Aziz, Hendri, Fadli, Dwi dan saya ngobrol-ngobrol di rumah Aziz sambil menikmati hidangan kue, kacang, dan beberapa gelas air mineral. Boleh dibilang, sebutan buat kami adalah "Faedah". Kata "Faedah" itu diambil dari nama depan kami ketika masih SMA ketika kelas dua. Mungkin tidak sengaja tercetus kata tersebut dan mudah-mudahan kami adalah termasuk orang-orang yang bermanfaat/faedah untuk semua orang di muka bumi. Amin.
Sebelum libur Hari Raya Idul Adha 1428 H tanggal 20 Desember lalu, saya sempat berpikir tidak akan pulang ke rumah. Rencana saya tidak pulang itu berubah menjadi sebaliknya. Ternyata, ada hikmahnya bisa pulang. Ya itu tadi, bisa ketemu lagi dengan sahabat-sahabat saya.
Rencana pulang ke Palembang juga karena diundang acara kopi darat atau istilah kerennya kopdar dengan blogger "wongkito" di Pizza Hut di jalan Sudirman, Selasa (25/12) siang. Nike, salah satu blogger "wongkito", menggagas kopdar ini. Ada sekitar 13 blogger yang menyanggupinya saat conference di Yahoo Messanger (YM) beberapa hari yang lalu. Saya senang diundang acara kopdar ini nanti. Makanya saya bisa bela-belain pulang ke Palembang untuk ikut kopdar perdana blogger Palembang ini.
Hari Minggu kemarin (23/12), Aziz mengundang kami datang ke rumahnya. Ada acara yang belum bisa disebutkan di sini, karena Aziz belum mengizinkan. Intinya ada acara yang cukup membuat kami waktu itu menjadi kaget. Entah, Aziz mungkin ingin membuat kejutan buat kami. Tapi, akhirnya kami segera tahu maksudnya. (Tenang aja ente Ziz, ane ngga nyebutinnya di blog. masih 'secret' kan? Hehe...)
Malamnya, Dwi mengajak Aziz buat mentraktir makan malam di Rumah Makan Pindang Pegagan. Wah, saya setuju saja kalau diajak makan malam. Apalagi gratis (Hehe...). Rumah makan yang khas menu masakan Palembang itu, seperti pindang patin, sudah lama saya ingin coba. Aziz, Dwi, Hendri dan saya, meluncur naik mobil yang saya kendarai ke rumah makan khas Palembang itu di jalan Sudirman, persis depan SMA Negeri 3 Palembang.
Kalau setiap kali reuni, kumpul dan makan-makan seperti ini lagi, saya tidak akan ketinggalan. Siap-siap saja tinggal menunggu dikontak, lalu meluncur ke TKP untuk makan (Hehe...).
Oh ya, spesial thanks very much buat akhi Abdul Aziz yang sudah mentraktir makan malam untuk kita bertiga (Dwi, Hendri dan saya). Untuk yang siang itu, saya mengucapkan selamat ya bro!! Semoga acara puncaknya bulan Februari nanti dimudahkan. Amin.
Thursday, December 20, 2007
Diskusi: Melihat Perseteruan Malaysia-Indonesia dari Media Massa
Yulis, yang ikut jadi peserta diskusi menanyakan bagaimana pemberitaan media
Thursday, December 06, 2007
Rusa lagi Mandi Wajib
Sejak tahun 2004 lalu, kampus Unila membuat kawasan konservasi satwa rusa. Kawasan ini dibentuk seperti menyerupai kandang yang cukup leluasa buat empat rusa yang hidup di sana. Meskipun di dalam kandang rusa itu dirancang menyerupai kondisi alam apa adanya, mereka setiap hari diberi makan dedaunan segar oleh penjaga kandang.
Niat Rektor Unila yang lama, Prof.Dr.Ir.Muhajir Utomo,M.Sc, membuat konsep kampus hijau. Salah satunya memelihara rusa-rusa. Kemudian melakukan penghijauan dengan menanam pohon-pohon di dalam kampus. Tak heran Unila dikenal dengan kampus hijau.
Bahkan, baru-baru ini Rektor Unila yang baru dilantik, Prof.Dr.Ir.Sugeng P.Harianto,M.S, ingin membuat kampus Unila tidak hanya kampus hijau. Pak Sugeng malah mewujudkan kampus hutan. Maksudnya, kampus bukan diisi dengan orang-orang hutan. Sebuah kampus dengan suasana seperti hutan alami. Saya kemudian jadi teringat dengan Kebun Raya Bogor yang sangat terkenal sebagai paru-paru kota Bogor. Nah, mungkin cita-cita Pak Sugeng itu membuat kampus Unila sebagai paru-paru bagi Kota Bandarlampung. Katanya nanti selain konservasi rusa, dibuat juga konservasi satwa-satwa lainnya yang dilindungi dan dijaga.
Terbayang kalau kampus Unila seperti Kebun Raya Bogor, alangkah indahnya pemandangan kehijauan pepohonan (flora) yang sangat banyak, satwa (fauna) dan ada danau yang luas. Ini kelak bisa dijadikan laboratorium untuk mahasiswa semua jurusan Fakultas Pertanian Unila. Selain itu pula, mungkin setiap pagi di akhir pekan selalu ramai orang-orang jogging atau olahraga lainnya. Ehm, kapan ya kampus seperti itu bisa segera diwujudkan?
Friday, November 30, 2007
Website D'Cinnamons Sempat di-Hack
Tak puas mendengar lagu-lagunya, Saya tertarik mencari info-info tentang D'Cinnamons di google. Di beberapa blog umum, ada banyak lirik-lirik lagunya. Bagus-bagus. Sampai saya dapatkan website resmi D'Cinnamons, tiba-tiba Kamis malam itu (29/11) pukul 9:41 PM, saya kaget membuka website-nya di-hack orang (ya jelas orang lah, masa' ada mesin yang bisa hack website sih :P). "Kok tega ya orang ini meng-hack website D'Cinnamons yang jadi favorit saya ini?"gumam saya penasaran.
Pada halaman website utama itu tertulis by CyberRoot, dengan lambang bulan sabit dan bintang. Mirip lambang bendera Turki. Cukup mengagetkan saya. Kata teman saya, sudah biasa sekarang banyak website kena hack. Baru-baru ini saja, website Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia di-hack. Saya baca dari detikcom.
Kembali ke website D'Cinnamons, sebelum di-hack, saya pernah mengunjungi website-nya. Keren. Ada lantunan lagu-lagunya. Desain warna coklat yang khas seperti kopi. Ngomong-ngomong soal kopi, saya senang dengan kopi. Apalagi menikmati kopi Lampung yang khas dan harum. ehm,...nikmat deh diminum saat pagi hari. Loh, kok malah ngga nyambung dengan D'Cinnamons? Ya sudahlah itu hanya intermezo saja. Hehehe...
Saya lihat website D'Cinnamons kembali seperti biasa, Jumat malam (30/11). Untungnya sang admin website D'Cinnamons cepat mengatasi tampilan halaman utama yang di-hack itu. Mudah-mudahan website-nya tidak di-hack lagi. Kalau mau hack, situs-situs pemerintahan Malaysia saja di-hack. Mas Pujiono menulis di blog-nya, "Perang Sudah Dimulai, Sebuah Serangan di Dunia Maya (kembali) Dilancarkan". Mas Pujiono sempat merekam (screenshoot) halaman website Kementerian Kebudayaan Malaysia itu di sini. Tanda-tanda perang di dunia cyber Indonesia-Malaysia sudah terlihat jelas. Ada yang mau turut partisipasi melancarkan peperangan di dunia cyber dengan Malaysia?
Sunday, November 25, 2007
Surat Terbuka: Lagi, Malaysia Tak Henti Klaim Budaya Indonesia
Saya menulis ini tidak ada bermaksud ingin provokasi antara Indonesia dengan Malaysia. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa sejumlah media di Indonesia memberikan sejumlah fakta dan informasi terutama mengenai Reog Ponorogo yang diklaim Malaysia secara sepihak. Tak ada rasa kebencian kepada saudaraku Malaysia karena kita adalah satu rumpun. Saya hanya ingin mengetahui dan berdiskusi banyak kepada saudaraku Malaysia tentang ini.
Wallahu 'alam
sumber foto: Portal Kementarian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia
Monday, November 19, 2007
Hutan Mangrove Lampung Timur Masih Terlihat Hijau
Selama lebih kurang dua jam perjalanan dari kampus Unila menuju Desa Margasari terasa singkat. Di dalam bus ada sekitar delapan orang dosen yang ikut. Ditambah saya. Awalnya, saya kira rombongan yang akan ikut cukup banyak. Namun, kenyataannya hanya beberapa saja.
Di dalam bus yang cukup adem oleh AC itu, tak banyak dosen yang saya kenal. Mereka rata-rata adalah dosen Jurusan Manajemen Kehutanan. Yang lainnya, dosen Biologi dan Teknik. Mereka adalah tim yang ditunjuk pimpinan universitas untuk meninjau kawasan Hutan Mangrove di Desa Margasari.
Saya tiba-tiba jadi pendiam di bus yang sepi penumpang itu. Ada dosen yang 'sok' bercakap bahasa Inggris. Awalnya agak risih mendengar dosen itu yang sangat cerewet. Bahkan, saya pun jadi bahan buat diskusi dengan teman-temannya di bus. Tentu saja menyebalkan.
Oh ternyata, itu tadi hanya sebuah kekesalan sesaat. Saya tidak sebenci itu kok. Ibu dosen itu cukup menyenangkan diajak ngobrol. Sedikit-sedikit saya pun ngobrol dengan bahasa Inggris. Ternyata, bahasa Inggris saya memang masih payah. Agak terbata-bata. Tapi, ya sudahlah. Namanya juga mencoba-coba kembali berbahasa Inggris. Tak ada salahnya bukan?
"Everybody have their own character,"celetuk saya
"Yes, you right bla bla bla....,"jawab ibu dosen itu panjang lebar dengan bahasa Inggris-nya yang fasih. Tapi, saya hanya menangkap inti yang dia ucapkan saja. Dia setuju komentar saya. Cukup? Ternyata ia masih dengan kecintaan berbahasa Inggris-nya. Saya diam saja sambil memperhatikannya berbicara. Tak mengerti. Saya menggut-manggut saja.
Tidak terasa kira-kira dua jam perjalanan. Bus milik kampus Unila yang kami tumpangi tiba di sebuah rumah yang di sana telah ditunggu sejumlah warga desa. Mereka tampak duduk-duduk santai di atas kursi plastik di depan rumah itu. Kebanyakan dari mereka adalah bapak-bapak.
Ketika masuk di desa itu, jalan agak rusak. Tidak diaspal. Hanya bebatuan koral saja ditanam di sepanjang jalan. Tapi masih bisa dilewati kendaraan roda empat seperti bus dengan cukup lancar. Hanya saja kecepatan maksimum 20-30 Km/jam.
Bapak-bapak yang menunggu di rumah itu menyambut kami. Mereka senyum kami telah tiba. Kami dipersilahkan masuk ke dalam rumah. Saya memilih duduk-duduk di luar teras rumah sambil memfoto-foto dengan kamera digital merk Mpix di sekitar rumah. Dari arah kejauhan rumah, tampak hamparan hijau yang luas. Mata saya terasa sejuk melihat hamparan hijau itu.
Tidak lama kemudian, acara pertemuan dengan bapak-bapak masyarakat desa dimulai. Kepala Desa Margasari juga ikut pertemuan. Nyoto, kepala desa itu mengatakan desanya memiliki kawasan Hutan Mangrove seluas lebih dari 1000 Ha. "Kalau bisa nanti dijadikan Mangrove Center,"kata Pak Nyoto.
Yuni, tamu dari JICA atau Japan International Corporation Agency yang datang dari Pusat Mangrove Bali, menyambut baik dari perhatian masyarakat untuk menjaga Hutan Mangrove di desanya. "Lampung sebenarnya punya banyak potensi alam yang bermanfaat,"ujar Yuni.
Kalau bagi Ir.Anshori Djausal,M.T, Pembantu Rektor IV Unila Bidang Kerjasama justru mengingatkan agar masyarakat mulai bisa tidak terlalu banyak bergantung kepada pihak luar. "Meskipun banyak tenaga ahli dari luar, tapi bukan berarti harus mengandalkan para tenaga ahli untuk mengelolanya. Justru peran dari masyarakat itu sendiri yang telah lebih dulu berpengalaman karena telah lama tinggal di daerahnya,”kata Bang Ans, panggilan akrabnya.
Setelah istirahat dan makan siang, Kami diajak ikut menaiki kapal yang biasa digunakan nelayan menangkap ikan di laut. Berangkat dari tepi sungai hingga keluar dari muara sungai kemudian ke lepas pantai.
Ombak laut sesekali menghantam kapal yang kami tumpangi. Agaknya saya pun khawatir. Soalnya, belum pernah saya menumpang kapal seperti itu dengan hempasan ombak yang kuat. Kapal naik-turun. Lama-lama saya jadi menikmati perjalan di atas kapal yang terbuat dari kayu itu. Saya pun memfoto-foto pemandangan Kawasan Hutan Mangrove yang penuh kehijauan.
Bang Ans di atas kapal menerbangkan layang-layang. Ia memang hobi bermain layang-layang. Bangkan, sejak kecil hobinya itu hingga sekarang masih ditekuninya. Saya lihat layang-layang itu cukup besar terbang di langit yang cukup cerah siang itu. Indah betul. Sambil mengarungi laut dengan kapal, tak henti-hentinya saya takjub dengan pemandangan kawasan Hutan Mangrove yang hijau. Sesekali saya lihat ada burung terbang dari hutan itu.
Kapan-kapan saya ingin bermain ke sana lagi. Sambil membawa pancingan. Saya pengan belajar mancing di laut. Di kawasan ini seharusnya bisa dijadikan tempat wisata. Sayangnya, belum ada niat untuk mengembangkan kawasan Hutan Mangrove itu untuk tempat wisata. Menunggu willing pemerintah daerah pasti lama. Oh ya, ada yang mau mengajari saya memancing di laut gak ya?
Monday, November 12, 2007
Malam Minggu Pempov Lampung Ramai ABG
Kadang pergi sendirian. Tapi, lebih sering ditemani berdua atau bertiga menaiki motor. Kalau berdua, ya motornya cukup satu saja. Nah, kalau bertiga harus cari satu motor lagi untuk jalan. Tidak mungkin satu motor ditumpangi bertiga kan? Biasa-bisa ditilang polisi di tengah jalan.
Kendaraan bermotor roda dua ini di zaman sekarang, memang terasa sangat membantu untuk berpergian kemana pun. Apalagi motor yang biasa saya gunakan sehari-hari (Legenda2, red) ini, bahan bakarnya cukup irit. Keluar ongkos untuk beli bensin pun tak seberapa mahal dalam seminggu. Ya, lihat situasi dan kondisi juga. Jika jarang berpergian jauh, biasanya jadi irit pengeluaran sehari-hari saya.
Sebaliknya, kalau sering berpergian dalam dua hari biasanya harus mengeluarkan ongkos lebih dari biasanya. Tak apa. Pergi ke tempat teman atau senior saya, insya Allah niatnya silahturrahmi. Bahkan, dosen saya sering cerita tentang hikmah tentang silahturrahmi. Katanya, silahturrahmi itu akan memperpanjang usia bagi yang menjalankannya. Selain itu pula akan mendatangkan rezeki. Wallahu 'alam, rezeki hanya Allahu yang mengatur dan mengetahui. Saya jadi banyak mendapatkan semacam pencerahan dari dosen saya yang mengajar pada jurusan Teknik Elekro. Saya senang bisa banyak tukar-pikiran dengannya. Tak banyak dosen mau tukar-pikran seperti itu.
Jadi, malam minggu kemarin (10/11), saya, Dede, Yudi, Rieke dan Andi jalan-jalan. Tak ada yang mengira jalan-jalan malam minggu itu harus terdampar di halaman kantor Gubernur Provinsi Lampung. Biasanya kantor ini disebut Balai Keratun.
Rieke kebetulan datang dari Jakarta pada hari sabtu pagi (10/11). Ia ingin liburan di sini, setelah katanya, menyelesaikan terbitan majalah di tempatnya bekerja. Sebetulnya, ia pun ingin agar selain kita berempat tak ada yang mengetahui ia berada di Lampung. Termasuk teman dekatnya, Diova dan May pun ia tak mengabarinya. Di SMS-nya pun Rieke selalu mengingatkan saya agar tak memberitahukan siapa pun.
Di halaman kantor Gubernur Provinsi Lampung ternyata ramai orang, terutama mereka yang menggunakan sepeda motor. Kebanyakan mereka adalah para ABG atau Anak Baru Gede. Saya perhatikan mereka meskipun tidak terlalu begitu jelas, karena suasana malam hari di sekitar itu agak gelap. Meskipun lampu terlihat menyala di tiap penjuru komplek kantor pemerintahan itu, tapi tetap saja tidak bisa menerangi hingga ke setiap sudut-sudut.
Ramai seperti pasar kaget. Hilir mudik motor di tempat itu. Ada pula beberapa pasangan laki-laki dan perempuan malah duduk di atas motornya di komplek itu, tapi agak gelap. Samar-samar. Mungkin mereka lebih suka begitu, daripada tempat yang terang dan terlihat orang banyak. Tebak sendiri mereka berbuat apa. Saya dan teman-teman saya lebih memilih tempat yang cukup terang sinar lampu di komplek kantor pemerintahan itu.
Di seberang jalan dari komplek kantor pemprov itu, suara musik terdengar menghentak. Tak terlalu keras, karena itu bukan konser besar. Hanya panggung kecil lengkap dengan penyanyi, band dan sound system yang cukup terjangkau di dekatnya.
Saya kemudian jadi tahu, ternyata malam minggu di sana memang ramai orang. Entah untuk pacaran atau sekedar lihat orang pacaran di atas sepeda motor. Kira-kira satu jam kami ngobrol dan hanya duduk-duduk di atas tangga menghadap ke lapangan komplek kantor Pemprov Lampung itu. Selintas di pikiran saya, maklum saja Bandarlampung yang ibukota Provinsi Lampung ini tak punya taman kota yang cukup luas. Wajar saja, mereka memanfaatkan lahan lapangan kantor gubernur ini. Kasihan? Ya,..nasib jadi warga kota Bandarlampung.
Monday, November 05, 2007
Makrab dan Reuni di Pantai Sapenan
Ada juga teman-teman yang telah lulus dan bekerja di luar Bandarlampung, seperti: Adi, Abet, dan Suriyanto. Mereka bertiga datang dari Tangerang. Ada juga Nunik dari Sukabumi, tidak ketinggalan ikut rombongan bersama mereka. Padek pun niat banget ikut acara Makrab. Ia naik Kereta Api dari Palembang ke Bandarlampung selama lebih dari 8 jam. Saya salut dengan mereka yang ingin datang dari jauh-jauh. Ini seperti acara reuni buat mereka yang sudah lama tidak bertemu. Saya yakin mereka sudah merencanakan agar bisa ikut dan bisa bertemu teman-teman yang masih tinggal di Bandarlampung.
Ferari dan teman-teman angkatan 2000 pun menyiapkan sebuah bus besar yang disewa untuk teman-teman angkatan 2000-2004. Bus ini membawa kita ke Pantai Sapenan, Lampung Selatan yang jaraknya sekitar 80 Km lebih dari kampus Unila. Cuma ada sedikit tambahan ongkos sebesar Rp 20 ribu per orang untuk pergi-pulang. Nyatanya yang ikut di dalam bus cukup banyak. Sambil menikmati perjalanan kira-kira dua jam, banyak teman-teman yang sibuk berfoto-foto, cengar-cengir, terkadang tertawa lepas. Hari itu, tampak keceriaan wajah mereka.
Kira-kira pukul 5 sore lebih, bus yang membawa rombongan kami tiba di Pantai Sapenan. Teman-teman langsung berhamburan keluar. Ada yang berfoto-foto dengan latar belakang pantai. Ada yang belum salat Asar, langsung 'ngacir' cari air wudhu, terus salat di mushola. Nah loh, ketahuan yang belum salat Asar itu saya dan Anto. Hehe..
Lokasi pantai ini bersebelahan dengan Kalianda Resort. Pemandangannya indah. Dari Pantai Sapenan melihat ke laut dan kejauhan, terlihat Gunung Rajabasa menjulang tinggi. Saya belum pernah ke pantai ini sebelumnya. Pemandangan di sekitar pantai ini memang indah.
Malam hari, setelah menikmati makan nasi bungkus bersama dengan diliputi hawa angin yang kencang, ada acara api unggun dan persembahan dari masing-masing angkatan. Kocak dan bikin ketawa lihat tingkah si Ian 'Kep' bergaya fotografer. Si Kep memfoto Andina dari dekat saat menarikan Tari Sembah (Tari khas Lampung, red) ditemani sembilan teman seangkatannya (2005,red). Mereka menari seperti layaknya Tari Sembah beneran di atas panggung menyambut tamu agung.
Tak hanya 'Kep' saja memfoto mereka yang sedang menari, tapi beberapa teman-teman lain yang membawa kamera tidak ketinggalan ikut mendekat dan memfoto aksi Andina dkk. Kilatan cahaya dari blitz kamera terus terpancar bak artis selebritis. Tanpa menghiraukan kamera-kamera yang mendekati Andina dkk yang sedang menari, tapi mereka hanya tersenyum-senyum saja dan terus menari yang diiringi dengan lantunan suara musik khas Tari Sembah hingga selesai.Belum cukup puas menyaksikan aksi persembahan setiap angkatan, berikutnya membakar beberapa kembang api. Kata panitia, sebagai peringatan "Satu Dekade Komunikasi Unila". Satu per satu kembang api dihidupkan, kemudian diarahkan ke langit. Warna-warni terpancar dari kembang api itu diliputi suara ledakan, mirip petasan. "Beliin kembang api ini aja abis sekitar Rp200 ribu,"celetuk panitia. Semua menatap kembang api yang meluncur bak roket ke langit menjadi terang karena kilatan kembang api itu.
Setelah acara kembang api itu, teman-teman angkatan 2000 punya acara spesial. Bakar Kambing Guling. Entahlah, katanya ini sebagai bentuk tanda syukur. Seekor kambing yang sudah siap diiris-iris oleh Ferari, kemudian yang lainnya siap membakar hingga jadi setengah matang. Semuanya bersemangat menikmati kambing guling bakar itu. Sambil dibumbui kacang dan saus kecap, nikmat sekali di saat angin malam yang terus berhembus dari pantai. Yummiiee..
Wednesday, October 24, 2007
650 Juta Jaminan Dibebaskan?
Seorang anggota DPR RI dari fraksi PPP meminta uang sebesar Rp 650 juta kepada Bu De saya untuk dapat membebaskan Pak De saya, Ir.Samsul Hadi. Bu De saya keget mendengar permintaan yang sangat tidak perikemanusiaan itu di saat sedang kesulitan, Senin kemarin (22/10). Beginikah sikap anggota DPR yang katanya berpihak kepada rakyat? Mau membantu, asalkan ada uang. Sungguh keterlaluan sekali.
Permintaan uang sebesar itu terlihat seperti layaknya pemerasan saja. Upaya yang ditempuh oleh anggota DPR asal Jawa Timur itu akan melakukan lobi politik di tingkat pusat (Jakarta,red) ke Mahkamah Agung (MA). Tampaknya setelah saya mendengar banyak pembicaraan dari keluarga saya bahwa di Kabupaten Magetan sedang terjadi perebutan kekuasaan kepala daerah itu (Bupati,red).
Dugaan saya, Wakil Bupati Magetan H.Miratul Mukminin berusaha menduduki jabatan Bupati melalui pemilihan kepala daerah (Pilkada,red). Namun, saat pilkada beberapa waktu yang lalu, jabatan bupati sebelumnya yang dijabat Saleh Muljono, terpilih kembali.
Karena Wakil Bupati Magetan Miratul akan mengikuti pemilihan kepala daerah (pilkada,red) tahun 2008 mendatang, sepertinya putra seorang kyai ini berusaha menjatuhkan kepemimpinan Bupati Saleh sekarang ini. Melalui membuka kasus dugaan korupsi pembangunan GOR Ki Mageti dan gedung DPRD Magetan yang melibatkan Saleh. Hingga pada akhirnya, Saleh pun dipanggil Kepolisian dan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur atas kasus ini.
Pak De saya, yang pernah menjadi Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kapubaten Magetan pun ikut ditahan karena diduga terlibat dalam kasus ini. Pak De saya sekarang ditahan di Rumah Tahanan Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Ia berada di sana kira-kira sudah hampir lima bulan lamanya.
Saya sebagai keponakannya sangat geram melihat adanya pertarungan politik hingga melibatkan Pak De saya. Padahal, saya yakin Pak De saya tidak terlibat atas dugaan kasus korupsi itu. Ia hanyalah sebagai korban pertarungan politik 'kotor' di kota Megetan, Jawa Timur. Sungguh luar biasa pertarungan politik yang terjadi di kabupaten ini. Tampaknya oleh media hanya menyoroti tentang dugaan kasus korupsi saja, daripada menelusuri ada permainan politik yang sangat ‘keji’ dan ‘kotor’ di dalam pemeritahan kabupaten ini.
Ketika saya, Bu De dan beberapa keluarga dekat mengikuti sidang di Pengadilan Negeri Magetan, Senin pagi (22/10), Saya melihat Pak De turun dari sebuah mobil Isuzu Panther yang ditemani dua orang jaksa penuntut. Pak De saya tampak kurus dari biasanya. Saya benar-benar sangat prihatin apa yang telah dialami Pak De saya ini. Saya yakin ia tabah menghadapi ini semua.
Sedangkan, di luar di gedung Pengadilan Negeri Magetan, Saya melihat sebuah spanduk berisi pesan “Mari Bersama-sama Kita Bangun Magetan” dan foto H.Miratul Mukminin, Wakil Bupati Magetan yang kini menjabat sebagai plt Bupati Megetan. Memang Ironis yang terjadi di Magetan. Upaya perebutan kekuasaan kepala daerah itu tak menjadi wacana publik di sana. Kabarnya koran daerah itu yang juga group Jawa Pos, melalui pemberitaannya hanya pada kasus korupsi saja. Lalu, ada kepentingan politik yang sedang bermain di pemerintahan itu tidak menjadi sorotan media setempat. Keberpihakan media sedang di pihak wakil bupati yang menjadi plt Bupati Magetan.
(Keterangan foto: Guntingan koran Jawa Pos berita mengenai kasus dugaan korupsi pembangunan GOR dan gedung DPRD Magetan, Jawa Timur. Pak De saya tampak sebelah kiri tidak berpeci. Ia hanyalah korban permainan politik di Kota Magetan, Jawa Timur).
Wednesday, October 03, 2007
Seribu Rupiah
Pengemis anak kecil itu tiba-tiba mendatangi para pembicara. Saya, ketika mengikuti acara itu terheran-heran melihat tingkah anak kecil itu. Memang akhir-akhir ini di bulan puasa Ramadhan tiba-tiba saja terlihat berkeliaran anak-anak kecil mengemis dan minta-minta uang.
Bahkan, suatu hari saya pulang dari masjid, melihat anak-anak kecil beraksi meminta-minta uang ke orang-orang di sekitar masjid. Sedangkan, tidak jauh dari masjid saya lihat ibu-ibu menunggu di bawah pohon. Saya perhatikan mereka dari kejauhan seperti mengawasi anak-anak kecil yang meminta-minta ini. Saya yakin mereka menyuruh anak-anak ini. Sungguh kasihan melihatnya. Sejak kecil malah diajari meminta-minta.
Oh ya, foto di atas difoto oleh Agung H.Wijaya. Ia fotografer Teknokra. Saya suka dengan angle foto itu. Nilai rasa human-nya terasa bagi saya. Bagaimana menurut Anda?
Sunday, September 30, 2007
Diskusi Peringatan Tragedi 28 September 1999
"Ini termasuk kejahatan HAM berat,"tegas Indria di hadapan para peserta diskusi yang dihadiri lebih dari 50 mahasiswa.
Aktivis Kontras, sebuah NGO yang peduli terhadap Hak Asasi Manusia atau HAM ini cukup prihatin apa yang terjadi pada pada dua mahasiswa yang meninggal di depan kampus perguruan tinggi swasta UBL delapan tahun yang lalu. Dua mahasiswa itu adalah Muhammad Yusuf Rizal, mahasiswa FISIP Unila dan Saidatul Fitria, mahasiswa FKIP Unila.
Rizal terluka pada leher akibat terkena tembak peluru tajam oleh aparat keamanan atau saat itu dikenal dengan nama Pasukan Huru-Hara atau PHH. Sedangkan Atul, panggilan akrab Saidatul Fitria, kepalanya terkena pukulan keras oleh aparat keamanan hingga harus dirawat di rumah sakit. Namun, beberapa hari setelah dirawat nyawanya tidak tertolong.
Atul ketika terjadi demonstrasi penolakan RUU PKB sedang bertugas sebagai jurnalis fotografer pers mahasiswa (persma) Teknokra untuk meliput peristiwa demonstrasi di depan kampus UBL. Sejumlah fotonya kini masih mengabadi di kesekretariatan Teknokra. Saya sering kali melihat karya foto almarhumah saat datang ke Teknokra. Foto-fotonya itu terbingkai di ruang tamu. Saya terharu melihat karya almarhumah itu. Seolah-olah terbayangi bertemu dengannya. Padahal, saya belum pernah bertemu dengannya. Tapi, saya hanya bisa mengenalnya kisah-kisah memilukan yang terjadi padanya itu dipukul oknum aparat keamanan.
Saya sedih mengingatnya setiap melihat foto-foto karya almarhumah. Ingin sekali mengatakan,"Mbak Atul, sabar ya. Mbak selalu dido'akan dan dikenang bagi teman-teman di sini, karena Mbak tidak salah memilih jalan ini." Akhirnya perlahan-lahan kedua mata saya meneteskan air mata saat menuliskan ini. Setahun yang lalu, saya pernah posting kisah almarhumah Atul di sini.
Saturday, September 22, 2007
Buka Puasa Bersama Komunikasi
Jumat sore kemarin (21-9), saya diajak teman jurusan ikut buka puasa bersama di rumah adik tingkat jurusan. Setiap tahun, memang sudah menjadi tradisi saat bulan puasa Ramadhan ada acara seperti ini. Biasanya yang ditunjuk menjadi tuan rumah adalah mereka angkatan baru masuk di perkuliahan.
Saya, Hilal dan Ocha, teman satu angkatan saya, berangkat sekitar pukul 17.00 WIB ke rumah Meilin, adik tingkat angkatan 2007 yang menjadi tuan rumahnya di daerah Way Halim. Tiyo dan Olga, adik tingkat angkatan 2003 secara kebetulan juga ikut bersama kami, berangkat mengendarai sepeda motor ke sana. Kita berlima konvoi dengan tiga sepeda motor.
Tiba di rumah Meilin, tampak di depan rumahnya ramai teman-teman dari berbagai angkatan. Tidak lama setelah kita tiba, rombongan angkatan 2000 pun tiba. Tapi mereka datang hanya berlima saja. Rino, Ferari, Febriansyah, Anto, dan Tito. Beruntung sekali mereka masih ingin datang acara seperti ini meskipun di antara mereka telah menjadi alumni.
Kira-kira ada sekitar lebih dari 100 orang yang berbuka puasa di sana. Ketua jurusan kami, Ida Nurhaida, serta didampingi tiga dosen Komunikasi lainnya, Ibrahim Besar, Sarwoko, dan Nina Yudha, pun datang ikut acara buka puasa bersama itu. Dari mahasiswanya, mulai angkatan baru masuk 2007 hingga angkatan 2000. Tak hanya memenuhi di dalam rumah saja, di luar pun terlihat mereka dengan santai berbincang dan bercanda dengan teman-teman lainnya.
Mudah-mudahan tradisi seperti ini tetap terus dipertahankan untuk akan datang. Selain merekatkan kebersamaan, juga sebagai momen silahturrahmi teman-teman dari berbagai angkatan serta dengan dosen Komunikasi.
Tuesday, September 18, 2007
Selamat Jalan Herizon
Ditinggal pergi seorang sahabat untuk selama-lamanya sungguh sedih. Apalagi ia seperti telah menjadi bagian keluarga sendiri. Senin kemarin siang (18-9), ketika mampir ke Teknokra saya dikabarkan teman-teman bahwa salah seorang alumni kita, Herizon Abdul Azis, meninggal dunia karena kecelakaan. “
2 Warga Lampung Tewas Kecelakaan di Tol
BANDAR LAMPUNG (Lampost): Dua meninggal dan seorang kritis setelah minibus Isuzu Panther B-2857-FR biru metallic yang hendak ke Bandar Lampung mengalami kecelakaan di Km 72,3 Serang, Sabtu (15-9), sekitar pukul 06.30.
Hendrik Fauzi (30), warga Kelurahan Sumberrejo, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung, sopir minibus itu meninggal di tempat kejadian. Herizon Abdul Azis (25), Kepala Cabang PT Bintan Nirwana Lampung, meninggal beberapa jam setelah mendapat perawatan di ruang unit gawat darurat RSU Serang. Sedangkan Anton (26) masih kritis di UGD RSU Serang.
Petugas medis di RSU Serang mengatakan Herizon menderita luka parah di paru-paru dan wajah. "Kondisi paru-parunya tertekan sehingga mengalami pendarahan," kata petugas medis.
Menurut saksi mata dan dibenarkan petugas jalan raya (PJR) tol Serang, minibus yang datang dari arah
Petugas menduga peristiwa itu terjadi karena pecah ban belakang. Sekitar pukul 06.00, minibus Isuzu Panther warna biru metallic melaju dengan kecepatan tinggi menuju Merak. Ketika sampai di Km 72,3 tol Serang, tiba-tiba laju kendaraan tidak stabil karena ban belakang pecah, lalu menghantam pembatas jalan tol. Setelah itu, kondisi mobil oleng lalu menghantam tiang jalan layang.
Akibat kejadian itu, Fauzi terjepit dan meninggal di tempat kejadian. Herizon dan Anton kritis dan dilarikan ke RSU Serang. Namun, setelah beberapa jam dirawat, Herizon akhirnya meninggal dunia.
Kabar kecelakaan itu baru sampai ke pihak keluarga Herizon di Bandar Lampung sekitar pukul 07.00. Begitu mendengar kabar, pihak keluarga dan beberapa rekan Herizon menjenguk ke RSU Serang. "Kondisi Herizon tidak tertolong lagi. Kata petugas media, paru-parunya remuk karena tertekan," kata Y. Wibowo, rekan Herizon dari Bandar Lampung yang menjemput ke RSU Serang.
Menurut Wibowo, jenazah Herizon dan Fauzi, yang juga kakak Herizon, akan dibawa ke Lampung dan disemayamkan di rumah duka di Kelurahan Sumberrejo, Kecamatan Kemiling. n HUT/U-2
Wednesday, September 12, 2007
Kecelakaan di Kalianda
“Ngga rik. Lu gimana? Eh, liat bibir dan gigi lu berdarah”, katanya sambil memperhatikan saya.
“Bener, ngga apa-apa kok”
“Body mobilnya kena ngga ya?” tanya saya penasaran.
Ya Allah, Engkau masih memberi kami keselamatan. Engkau masih menyayangi kami berdua. Itulah yang saya pikirkan ketika itu.
Friday, August 31, 2007
Jadilah Orang Besar yang Berpikir dan Berjiwa Besar
Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault,SH,Msi memberikan kuliah umum kepada mahasiswa baru Unila 2007, Kamis pagi kemarin (30/8) usai Rektor Unila memberikan sambutan pada Rapat Senat Luar Biasa Universitas Lampung menyambut mahasiswa baru Unila 2007, di Gedung Serba Guna Unila.
Menpora Adhyaksa pada kuliah umumnya mengatakan di era globalisasi seperti sekarang ini sangat cepat berubah. “Sebagai contoh industri. Orang semua sudah mulai berlomba-lomba berbagai industrialisasi. Olahraga pun juga sekarang sudah menjadi lahan di bidang industri,”kata Adhyaksa.
Sunday, August 26, 2007
Mengapa Indonesia Tidak Menjadi Negara Maju?
Berdasarkan analisis atas perilaku masyarakat di negara maju, ternyata bahwa mayoritas penduduknya sehari-hari mengikuti/mematuhi prinsip-prinsip dasar kehidupan sebagai berikut.
- Etika, sebagai prinsip dasar dalam kehidupan sehari-hari
- Kejujuran dan integritas
- Bertanggungjawab
- Hormat pada aturan dan hukum masyarakat
- Hormat pada hak orang/warga lain
- Cinta pada pekerjaan
- Berusaha keras untuk menabung dan investasi
- Mau kerja keras
- Tepat waktu
Tuesday, August 21, 2007
Oleh-olehnya Mana Rik?
Begitulah teman-teman saya menanyakan keberadaan 'buah tangan' setelah saya kembali pulang dari Palembang, Senin pagi kemarin (20/8). "Rik, mana pempeknya?" kata teman saya beberapa hari yang lalu.
Pempek, makanan asli 'wong kito galo' (Orang Palembang, red), ternyata sangat disukai teman-teman saya di Lampung. Entah karena kita semua tinggal di Sumatera, jadi tidak asing lagi dengan makanan khas Palembang ini. Ternyata, teman-teman saya suka makan pempek Palembang. Apalagi menunggu hingga saya kembali ke Lampung.
Kalau saya ada rencana pulang ke Palembang, sudah pasti 'ditodong' temen-temen untuk membawakan oleh-oleh. Tentu saja Pempek. Tapi, senang juga membawakan mereka pempek asli racikan 'Wong kito galo'. Tentu benda sekali saat mencicipi pempek yang dijual di kebanyakan warung-warung pempek di Lampung.
Senin pagi kemarin (20/8), setelah saya tiba di kostan, segera saya kirim sms ke May. "May, ajak temen-temen ya kita makan pempek tempatmu,"begitu kira-kira isi pesan singkat ke May, teman saya. Saya minta ke dia menjadi tuan rumah buat acara makan pempek bersama. Kemudian, tidak lama dia balas sms dan menyanggupinya.
Tak banyak waktu itu saya membawa pempek dari rumah. Ya, saya kira nanti cukup dimakan di dua tempat terpisah. Tetap yang paling utama saya hidangkan untuk teman-teman saya di rumah May, di daerah Way Kandis.
Aroma pempek itu tercium harum khasnya. Padahal belum saya buka plastik yang membungkusnya itu. Belum lagi aroma cukanya (semacam kuah yang berwarna hitam sebagai pelengkap untuk makan pempek, red) sedap terhirup oleh saya. Sepertinya cukup pedas terlihat dari cukanya yang cukup kental berwarna hitam itu tersimpan di dalam botol plastik.
Sekitar jam 4 sore, saya telah tiba di rumah May lebih awal. Teman-teman lainnya belum tiba. Tapi, mereka janji akan datang. Apalagi ini acara makan pempek gratis. Tentu saja tidak akan mereka sia-siakan kesempatan langka ini. Dede dan Yudi akhirnya tiba setelah menunggu beberapa lama. Untungnya, May sudah menggoreng lagi pempek yang saya berikan sebelumnya. Kami pun segera melahapnya satu per satu. Sungguh nikmat sekali. Mak nyuss..... (meminjam istilah Bondan Winarno)
Tuesday, August 14, 2007
Rencana ke Palembang
Kebetulan hari Jumat, tanggal 17 Agustus nanti libur nasional untuk memperingati Hari Proklamasi Republik Indonesia ke-62 tahun. Rasanya kesempatan untuk pulang ke rumah nanti mudah-mudahan bisa tercapai. Soalnya, terakhir saya pulang ke rumah saat merayakan Idul Adha beberapa waktu yang lalu. Waktu itu juga tidak berlama-lama. Seingat saya antara 2-3 hari saja.
Rieke, teman saya yang kini jurnalis di Majalah Inspired Kids, ingin sekali ikut ke Palembang. Bahkan, beberapa hari yang lalu kami chatting menentukan tanggal akan berangkat ke Palembang. Tapi, sayangnya ia belum yakin bisa ikut. Katanya, ia akan ke Bandarlampung bersama tantenya. Mungkin ia ingin liburan dengan teman-teman yang lain di Bandarlampung.
Rencana ke Palembang pun sebenarnya sudah lama sejak Desember tahun lalu. Teman satu angkatan saya lainnya, Yudi, May, Diova, dan Dede pun saya ajak untuk ke Palembang. Mereka ingin sekali main ke Palembang. Sekedar jalan-jalan mengelilingi kota Palembang itu menyenangkan.
Pulang ke Kota Palembang dari Bandarlampung, biasanya saya menggunakan fasilitas jasa Kereta Api (KA). Nama KA-nya Limex Sriwijaya. KA ini berangkat pada pukul 9 malam. Saya selalu memilih Kelas Bisnis untuk kembali pulang ke rumah. Harga satu tiket Kelas Bisnis ini Rp 55 ribu rupiah. Kalau tidak salah harga tiket kelas itu belum naik. Lama perjalanan cukup lama. kira 9 jam perjalanan. Berarti tiba di Stasiun KA Kertapati Palembang kira-kira pukul 6 pagi.
Hari ini rencananya saya akan pesan tiket untuk berangkat hari Kamis malam tanggal 15 Agustus nanti. Mudah-mudahan tiketnya masih terjual. Meskipun hari Kamis tanggal 16 Agustus belum libur, saya ingin lekas-lekas pulang lebih awal. Khawatir tiketnya telah habis terjual karena akhir pekan ini libur cukup lama (2-3 hari).
Wednesday, August 08, 2007
Jakarta Memilih Gubernur Baru
Hari ini, Rabu, 8 Agustus 2007, penduduk