Saturday, December 29, 2007

Dari Lampung ke Kopi Darat "Wongkito"

Apa rasanya ketika kamu ikut 'kopi darat' (kopdar) pertama kali? Bagi saya senang sekali bisa ikut acara kopdar dengan para blogger Palembang "Wongkito", Selasa sore (25/12) kemarin di Pizza Hut Jalan Sudirman Palembang. Ini kopdar pertama kali bagi saya dan pertama kali juga ikut acara dengan para blogger Palembang "Wongkito" yang sebagian besar baru saya kenal di dunia blog/maya. Apalagi belum pernah sama sekali bertemu dengan mereka di darat.

Bahkan, kabar akan diadakannya kopdar itu ketika diajak ikut konferensi di Yahoo Messanger (YM) secara tidak sengaja beberapa waktu yang lalu. Nike, blogger Palembang yang juga baru saya kenal dari YM, menggagas acara kopdar ini. Kira-kira ada sekitar 15-an blogger Palembang waktu itu yang online dan ingin ikut acara kopdar.

Akhirnya Kopdar yang ditunggu-tunggu itu dihadiri oleh Ardy (sang ketuo "Wongkito"), Pak Alam, Pak Victor, Jafis, Aulia, Farhan, Ferdi, Idrus Fadhli, Nike, Ibunk, Ranny, Wahyu, Muda Ali dan saya. Intan, adik tingkat saya yang juga kuliah di Unila, beruntung mau menemani saya datang di kopdar ini. Tapi sayangnya, Intan belum punya blog meskipun sering saya rayu dia segera buat blog :-)

"Saya kan gak punya blog kak, ntar gimana nanti gak nyambung,"kata Intan. Saya bilang, ngga apa-apa ikut. Kan nanti bisa nambah banyak teman blog yang tinggal di Palembang. "Saya juga belum kenal banyak dengan mereka sebelumnya,"bujuk saya ke Intan. Akhirnya tanpa bersusah payah membujuknya, Intan mau ikut dengan saya acara kopdar.

Cerita berikutnya ditunda dulu. Ada kerjaan nih. Nanti disambung kembali cerita dari acara kopdar ini. Hehe....

*foto di atas dicopy dari blog Nike

Tuesday, December 25, 2007

Reuni Sahabat Lama dan Pindang Pegagan

Tidak sia-sia bisa pulang ke Palembang untuk liburan akhir tahun 2007 ini. Tentu saja ketemu ortu di rumah dan yang tidak direncanakan sebelumnya, momen reuni dengan sahabat lama SMA.

Sahabat-sahabat dekat saya itu seperti Aziz, Hendri, Fadli, Dwi dan saya ngobrol-ngobrol di rumah Aziz sambil menikmati hidangan kue, kacang, dan beberapa gelas air mineral. Boleh dibilang, sebutan buat kami adalah "Faedah". Kata "Faedah" itu diambil dari nama depan kami ketika masih SMA ketika kelas dua. Mungkin tidak sengaja tercetus kata tersebut dan mudah-mudahan kami adalah termasuk orang-orang yang bermanfaat/faedah untuk semua orang di muka bumi. Amin.

Sebelum libur Hari Raya Idul Adha 1428 H tanggal 20 Desember lalu, saya sempat berpikir tidak akan pulang ke rumah. Rencana saya tidak pulang itu berubah menjadi sebaliknya. Ternyata, ada hikmahnya bisa pulang. Ya itu tadi, bisa ketemu lagi dengan sahabat-sahabat saya.

Rencana pulang ke Palembang juga karena diundang acara kopi darat atau istilah kerennya kopdar dengan blogger "wongkito" di Pizza Hut di jalan Sudirman, Selasa (25/12) siang. Nike, salah satu blogger "wongkito", menggagas kopdar ini. Ada sekitar 13 blogger yang menyanggupinya saat conference di Yahoo Messanger (YM) beberapa hari yang lalu. Saya senang diundang acara kopdar ini nanti. Makanya saya bisa bela-belain pulang ke Palembang untuk ikut kopdar perdana blogger Palembang ini.
Hari Minggu kemarin (23/12), Aziz mengundang kami datang ke rumahnya. Ada acara yang belum bisa disebutkan di sini, karena Aziz belum mengizinkan. Intinya ada acara yang cukup membuat kami waktu itu menjadi kaget. Entah, Aziz mungkin ingin membuat kejutan buat kami. Tapi, akhirnya kami segera tahu maksudnya. (Tenang aja ente Ziz, ane ngga nyebutinnya di blog. masih 'secret' kan? Hehe...)

Malamnya, Dwi mengajak Aziz buat mentraktir makan malam di Rumah Makan Pindang Pegagan. Wah, saya setuju saja kalau diajak makan malam. Apalagi gratis (Hehe...). Rumah makan yang khas menu masakan Palembang itu, seperti pindang patin, sudah lama saya ingin coba. Aziz, Dwi, Hendri dan saya, meluncur naik mobil yang saya kendarai ke rumah makan khas Palembang itu di jalan Sudirman, persis depan SMA Negeri 3 Palembang.

Kalau setiap kali reuni, kumpul dan makan-makan seperti ini lagi, saya tidak akan ketinggalan. Siap-siap saja tinggal menunggu dikontak, lalu meluncur ke TKP untuk makan (Hehe...).

Oh ya, spesial thanks very much buat akhi Abdul Aziz yang sudah mentraktir makan malam untuk kita bertiga (Dwi, Hendri dan saya). Untuk yang siang itu, saya mengucapkan selamat ya bro!! Semoga acara puncaknya bulan Februari nanti dimudahkan. Amin.

Thursday, December 20, 2007

Diskusi: Melihat Perseteruan Malaysia-Indonesia dari Media Massa

Ganyang Malaysia! Sering kali kedua kata itu muncul kembali ketika ketegangan antara negara Indonesia dengan Malaysia terjadi akhir-akhir ini. Presiden Soekarno, orang nomor satu di Indonesia saat itulah yang ‘memproklamasikan’ kata “Ganyang Malaysia” pada era tahun 1960-an.

Malaysia adalah negara tetangga Indonesia yang mempunyai kesamaan asal suku, warna kulit, budaya dan bahasa (ada Melayu dan Indonesia). Kebanyakan keturunan Malaysia dahulu berasal dari Indonesia yang hijrah dan menetap di negeri jiran, sebutan bagi Malaysia.

Kini, Malaysia secara perekonomian berkembang lebih pesat dan maju pasca krisis ekonomi di asia tenggara pada tahun 1997-1998 meninggalkan tetangganya, Indonesia. Namun, sejak mencuat lagu “Rasa Sayange” menjadi lagu dalam rangka mempromosikan pariwisata dan budaya Malaysia Truly Asia pada Oktober 2007 lalu.

Tentu saja lagu “Rasa Sayange” yang sudah sangat akrab bagi sebagian masyarakat Indonesia sejak lama itu, kemudian menjadi lagu pariwisata Malaysia. Maka, media massa terutama di Indonesia secara bertubi-tubi memberitakan ‘klaim’ sepihak lagu itu yang dinyanyikan orang Malaysia. Sebagian orang Indonesia pun menjadi kesal dan menyebut Malaysia sebagai "Malingsia", plesetan dari nama Malaysia.

Topik hangat tentang perseteruan Malaysia dan Indonesia ini juga menjadi perbincangan bagi teman-teman di jurusan saya (komunikasi,red). Yulis, Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan (litbang), menggagas bikin acara diskusi tentang perseteruan dua negara serumpun ini dari kacamata media massa, yang diselenggarakan pada hari jumat siang (14/12) lalu di kesekretariatan himpunan mahasiswa jurusan Komunikasi Unila.

Saya ditunjuk menjadi salah satu narasumber acara diskusi ini. Ade Suryani, mahasiswi S2 dari Universiti Kebangsaan Malasysia, yang juga alumni komunikasi, diundang sebagai narasumber diskusi. Saya dan Ade berduet pada diskusi ini.

Ade yang sudah hampir satu semester kuliah di Malaysia, bercerita gambaran singkat tentang Malaysia secara umum. Ia mengatakan, sejak munculnya ketegangan antara Malaysia dengan Indonesia karena bermula dari sebuah lagu “Rasa Sayange”, menjadi sangat prihatin dengan kondisi ini. “Saya sebenarnya tidak pro kepada Malaysia dan juga kepada Indonesia,”kata Ade yang mengenakan jilbab biru ini.

Konflik perseteruan antara Malaysia dengan Indonesia sebenarnya muncul karena media massa yang memberitakan secara besar-besaran di Indonesia. “Tapi, di Malaysia masalah ini tidak muncul sebagai masalah besar di media massa,”ujar Ade.

Media massa di Indonesia masih memegang prinsip “Bad news is a good news”. Beda halnya dengan Malaysia, secara bentuk negara kerajaan dan pemerintahannya dikendalikan perdana menteri.

Yulis, yang ikut jadi peserta diskusi menanyakan bagaimana pemberitaan media massa di internet juga turut dikendalikan pemerintahan Malaysia?

Seluruh pemberitaan media massa sepenuhnya diawasi pemerintah Malaysia. “Mereka (Malaysia,red) memiliki ego untuk mempertahankan agar media massa di negaranya tidak seperti di Indonesia yang bebas,”kata Ade.

Bahkan, mereka (Malaysia,red) mengawasi seluruh isi khutbah Jumat dan ceramah di masjid-masjid yang mendatangkan banyak jamaah. “Setting Malaysia sangat rapi. Masyarakat Malaysia ditata agar tidak terjadi pergolakan,”cerita Ade.

Hanya melalui dunia internetlah kebebasan bersuara dari Malaysia dan Indonesia terus didengungkan. Bahkan, kecaman melalui blog dari para penulis blog masing-masing dua negara ini. “Blog Indonesia punya blog sendiri, blog Malaysia juga tidak mau kalah dan menuliskan kecaman dan penghinaan terhadap Indonesia,”kata saya yang mengamati per-blog-an Indonesia, forum online Malaysia dan Indonesia.

Meskipun kini di media massa cetak dan televisi Indonesia sudah tidak terdengar kembali perseteruan Malaysia dengan Indonesia. Teori Agenda Setting dari media memang berlaku di setiap media massa. Kini, setting lain berpindah. Saya sepakat dengan Ade, Bad News is a good news. Ya, sampai sekarang itu masih disukai bagi media massa mana pun di Indonesia.

Thursday, December 06, 2007

Rusa lagi Mandi Wajib

Ada Rusa sedang mandi wajib di danau komplek Universitas Lampung (Unila)? Hah!? yang bener aja ada rusa kok mandi wajib? Memangnya rusa ngerti rukun mandi wajib? Eh, coba perhatikan foto itu baik-baik. Rusa-rusa itu sedang apa di tepi danau? Kelihatannya mereka lagi minum. Hehehe....Maklum saja, Rabu siang kemarin (5/12) ketika saya jalan di dalam kampus yang di sebelah kirinya ada kandang rusa itu, terasa terik matahari seperti membakar kulit. Mungkin si rusa-rusa itu haus ya.

Sejak tahun 2004 lalu, kampus Unila membuat kawasan konservasi satwa rusa. Kawasan ini dibentuk seperti menyerupai kandang yang cukup leluasa buat empat rusa yang hidup di sana. Meskipun di dalam kandang rusa itu dirancang menyerupai kondisi alam apa adanya, mereka setiap hari diberi makan dedaunan segar oleh penjaga kandang.

Niat Rektor Unila yang lama, Prof.Dr.Ir.Muhajir Utomo,M.Sc, membuat konsep kampus hijau. Salah satunya memelihara rusa-rusa. Kemudian melakukan penghijauan dengan menanam pohon-pohon di dalam kampus. Tak heran Unila dikenal dengan kampus hijau.

Bahkan, baru-baru ini Rektor Unila yang baru dilantik, Prof.Dr.Ir.Sugeng P.Harianto,M.S, ingin membuat kampus Unila tidak hanya kampus hijau. Pak Sugeng malah mewujudkan kampus hutan. Maksudnya, kampus bukan diisi dengan orang-orang hutan. Sebuah kampus dengan suasana seperti hutan alami. Saya kemudian jadi teringat dengan Kebun Raya Bogor yang sangat terkenal sebagai paru-paru kota Bogor. Nah, mungkin cita-cita Pak Sugeng itu membuat kampus Unila sebagai paru-paru bagi Kota Bandarlampung. Katanya nanti selain konservasi rusa, dibuat juga konservasi satwa-satwa lainnya yang dilindungi dan dijaga.

Terbayang kalau kampus Unila seperti Kebun Raya Bogor, alangkah indahnya pemandangan kehijauan pepohonan (flora) yang sangat banyak, satwa (fauna) dan ada danau yang luas. Ini kelak bisa dijadikan laboratorium untuk mahasiswa semua jurusan Fakultas Pertanian Unila. Selain itu pula, mungkin setiap pagi di akhir pekan selalu ramai orang-orang jogging atau olahraga lainnya. Ehm, kapan ya kampus seperti itu bisa segera diwujudkan?