Sunday, March 30, 2008

Roy Suryo Bilang Blogger Pengecut

Seharusnya sebagai seorang dosen dan katanya disebut sebagai pengamat Telematika Indonesia seperti Roy Suryo ini, tidak selayaknya menuduh blogger pengecut di media massa. Selain menuduh blogger pengecut, kalangan hacker pun juga kejatuhan tuduhan dari Roy Suryo.

Apakah pernyataan Roy Suryo di media massa sebagai bentuk kekesalannya? Sebelumnya termuat foto Roy Suryo bersama dua gadis bule di website Partai Golkar dan Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo). Seorang Roy Suryo yang sering diminta komentarnya soal telematika di media massa akhir-akhir ini, justru menjadi bumerang baginya di dunia online. Roy Suryo tampaknya kebakaran kumis karena fotonya terpasang di dua website itu.

Bahkan sejak 2004 lalu, sosok Roy Suryo tak disukai para blogger. Priyadi menilai pakar Telematika ini disebut pakar gadungan. Dari ucapannya di media massa sering kali terlihat tidak menguasai di bidang teknologi informasi.

Tidak cukup sampai di sana, ulah Roy Suryo kembali lagi di media massa. Tahun 2005 lalu, Priyadi membuat kronologi berkaitan tentang Roy Suryo yang menyebarkan fitnah melalui sms massal. Dituliskan di sms yang disebarkan massal itu, Roy menuduh Priyadi dan para blogger lain menyebarluaskan foto-foto rekayasa Presiden SBY. Kronologi yang diceritakan Priyadi tiga tahun lalu, saya nilai justru Roy Suryo lah yang menunjukkan tindakan seorang yang pengecut. Menyebarkan fitnah melalui sms massal.

Tentu saja banyak kalangan di dunia online, baik itu blogger atau ahli di bidang IT tidak menyukai Roy Suryo pernyataannya di media massa cenderung menuduh blogger dan hacker. Selain itu ia malah menantang secara terbuka melalui media massa kepada blogger dan hacker untuk merusak website Presiden SBY.

Mudah-mudahan Roy Suryo segera tobat dari ucapan-ucapannya yang memprovokasi di media massa. Serta media massa pun juga segera tobat tidak mengutip komentar dari Roy Suryo lagi.

Hidup Blogger Indonesia!!!

Foto: Kompas.com

Wednesday, March 26, 2008

Mengurungkan Niat Pasang Radio Antena Wireless

Memasang antena dan radio wireless ternyata tidak mudah. Sebab, selain harus memasangnya dengan menaiki antena tower tringle yang tingginya hampir di atas 20 meter, keselamatan si teknisi yang memasang antena dan wireless itu pun perlu diperhatikan. Sebelum itu pun sang teknisi juga harus menyiapkan alat-alat yang akan dipasang dengan lengkap. Agar ketika selesai memasang radio wireless dan antena tersebut di atas tower, tidak ada lagi kekurangan sehingga harus naik-turun memeriksa kembali alat tersebut dari antena tringle.

Sony, teman saya, sudah biasa memasang radio dan antena wireless. Entah sudah berapa tahun ia menekuni dunia pasang-memasang alat yang bagi saya masih awam dan belum mengerti. Maklum, saya belum belajar ilmu darinya. Ilmu saya hanya jurnalistik, mengamati, mencatat, mewawancarai narasumber, lalu menulis. Itu saja.

Tak heran lagi beberapa dosen kerap meminta Sony membantu memasangkan antena dan radio wireless, baik di rumah dosennya maupun untuk keperluan pemasangan di kampus (Unila,red). Tentu saja itu bukan tugas yang berat buat Sony, karena ia telah terbiasa melakukan pasang-memasang alat yang harganya bisa membuat kaget (total di atas Rp1juta rupiah,red). Entahlah, alat-alat apa saja yang yang dipersiapkan itu.

Lagi pula, kebutuhan memasang alat-alat tersebut diperlukan buat dosen yang ingin mendapatkan akses internet dari rumahnya. Ya, tidak perlu lagi menarik kabel dari kampus ke rumah mereka masing-masing. Zaman sekarang sudah tren pakai wireless yang dipasang di antena tinggi. Tinggal 'menembakkan' dari titik rumah dosen ke pusatnya (di kampus,red). Apa ya istilahnya?

Di jurusan Sony (Elektro,red), baru-baru ini ia diminta dosennya untuk memasang radio dan antena wireless untuk kebutuhan Laboratorium Digital. Sebenarnya lokasi jurusannya tidak jauh dengan Pusat Komputer (puskom) Unila. Karena dari sinilah pusat pengaturan bandwith internet seluruh fakultas di Unila yang dimonitoring di ruang Network Operation Center (NOC) server yang selalu standby.

Tapi sayangnya, untuk memasang satu radio dan antena wireless di Puskom tidak diizinkan bos. Padahal, antena dan radio wireless di Laboratorium Digital Elektro sudah terpasang. Jadi dosen yang memberi tugas ke Sony, harus izin terlebih dahulu ke bos pusat di Rektorat. Jika tidak ada, pemasangan alat tidak dibolehkan bos.

Pemasangan akhirnya harus tertunda karena tak mempunyai izin memasang di antena tringle. Ya sudah, radio dan antena wireless yang sudah dibeli itu harus menginap di gudang sambil menunggu izin resmi dari bos pusat. Oh...birokrasi.....birokrasi.....

Tuesday, March 11, 2008

Setting IP dan Rencana Buat Website di Menwa Unila

"Cara buat website gimana Rik?"kata seorang teman di Menwa, ketika saya ke markasnya, tadi sore (Selasa, 11/03).

Saya kemudian terdiam. Bukan tidak mau menjelaskan kepadanya. Tapi, mau dijelaskan panjang dari awal hingga akhir. Tidak mungkin saya malah membuat teman saya ini jadi bingung dengan apa yang saya jelaskan nanti. Saya tahu ia ingin membuat website sendiri.

"Nanti kita buat acara pelatihan aja gimana?"kata saya.

Teman saya mengiyakan. Ia bilang malam hari juga tidak apa-apa. Saya senang ia mulai suka dengan cara membuat website. Mungkin tidak sampai pada ingin tahu saja. Mudah-mudahan ia dan teman-temannya tertarik lebih selain belajar membuat website, juga belajar tentang hal-hal lain di bidang informasi teknologi.

Welly, teman saya dari Korps Sukarela (KSR) Unila juga pernah mengutarakan keinginannya untuk membuat website. Website atau sekarang yang lebih tren dengan blog yang sudah banyak dimiliki orang. Saya yakin juga nantinya tidak hanya Welly dan teman saya dari Menwa tertarik membuat website atau blog, tapi juga mudah-mudahan mahasiswa di sini (Unila) tertarik juga.

Besok saya mau pasang IP untuk UKM lainnya. Baru terpasang sebagian, UKM Pramuka, UKM Filateli, UKM Menwa dan BEM Unila di lantai dua Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Unila. Mudah-mudahan semuanya selesai dan tak ada yang tertunda lagi.