Friday, October 16, 2009

Koalisi vs Oposisi

Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono periode nanti kelihatannya akan kuat. Hal ini dibuktikan dengan lima partai politik (parpol) 'merapat' ke blok SBY. Lima parpol itu adalah Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Amanat Nasional (PAN).

Timbul tanda tanya pada diri saya. Berada posisi mana Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P)? Boleh jadi saat Musyawarah Nasional (Munas) Golkar di Pekanbaru beberapa waktu lalu, yang memenangkan Aburizal Bakrie sebagai Ketua Umum baru menggantikan Jusuf Kalla. Ical saat ini masih 'merapat' di jajaran Kabinet Indonesia Bersatu, sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra). Kemudian tidak mungkin Ical sebagai nahkoda baru partai lambang pohon beringin itu, akan memilih sebagai oposisi. Sebaliknya dia akan membawa partainya 'merapat' ke blok SBY pada periode pemerintahan nanti.

Bagaimana dengan PDI-P? Dari dulu saya melihat sikap PDI-P memang selalu oposisi terhadap pemerintahan SBY. Tampaknya sudah terlihat pada pemerintahan nanti, PDI-P masih bersikap oposisi. Tapi sayangnya, sikap tegasnya itu tidak ditunjukkan setelah mengetahui bahwa Megawati mengalami kekalahan di pemilu presiden beberapa waktu lalu.

PDI-P cenderung menunggu sinyal dari blok SBY. Mungkin kader PDI-P berharap mendapatkan jatah kursi menteri di pemerintahan SBY dan Boediono. Tapi, sinyal Megawati melalui Sekretaris Jenderalnya, Pramono Anung, PDI-P belum mengambil sikap. Tapi, itu lah yang terjadi, kader-kadernya ingin masuk dalam pemerintahan SBY.

Sementara Partai Hanura dan Partai Gerindra, keduanya pun tak menunjukkan sikap. Tak jelas apakah akan menjadi parpol oposisi atau tidak memiliki pilihan? Ketika memilih untuk tidak memilih, itu adalah sebuah pilihan ya? Hehe..

Sunday, October 11, 2009

Provider Internet Terkesan Tidak Serius

Beberapa waktu lalu, produk Telkomselflash menurunkan quota-nya. Tentu saja keputusan sepihak tersebut membikin 'berang' konsumsen setia produk tersebut. Di forum-forum internet, ditemui banyak komentar orang yang bernada 'miring' ketidakadilan Telkomsel, perusahaan yang menyediakan jasa internet itu. Padahal awalnya, menurut saya Telkomsel dengan produknya Telkomselflash dinilai cukup berhasil 'menjaring' konsumen yang ingin memiliki akses internet broadband.

Bukannya melebarkan/menambah quota, justru yang dilakukan pihaknya malah menurunkan quota. Ya konsumen yang sudah berlangganan, tentu saja sakit hati dan kecewa. Buat saya itu tidak adil. Agaknya Telkomsel tidak menghiraukan apa kata orang-orang di luar sana.

Saya melihat bahwa perkembangan dunia informasi dan telekomunikasi sekarang semakin cepat. Kebutuhan orang sekarang terhadap internet semakin tinggi. Tentu saja perusahaan yang menaungi di bidang TI ini, sudah seharusnya cepat merespon kebutuhan ini. Bukan sebaliknya, pihak marketing gembar-gembor mempromosikan akses internet broadband kepada publik, padahal perusahaannya tidak siap menghadapi 'derasnya' permintaan konsumsen. Kalau sudah begini, para konsumen diabaikan. Di sisi lain, perusahaan menginginkan agar para pelanggannya itu membayar tagihan tepat waktu. Luar biasa keterlaluan!

Tak hanya perusahaan sekaliber Telkomsel, lihat juga IM2, perusahaan yang bergerak melayani akses internet, ini pun 'kebanjiran' komplain dari para konsumennya. Mulai dari akses internetnya yang lambat, tidak ada sinyal dan sebagainya. Kalau diperhatikan dari kedua contoh kasus tersebut, sepertinya perusahaan terkesan tidak serius melayani pelanggannya. Seperti saya tulisa sebelumnya, sementara perusahaan melalui kekuasaannya meminta agar para pelanggannya membayar tagihan yang dibebankan tepat waktu. Jika tidak membayar tepat waktu, maka siap-siap terkena denda (membayar lebih) dari beban tagihan.

Apa mau dikata, begitulah egois perusahaan yang hanya semata-mata mengejar keuntungan, namun melupakan pelayanan yang optimal kepada para pelanggannya. Kuncinya hanya satu sekarang. Sabar ya! :)

Monday, February 16, 2009

Paket Stimulus Fiskal ala Indonesia dan AS

Ketika saya mendengar kata "stimulus fiskal" di tayangan berita baru-baru ini, pikiran saya teringat dengan upaya Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang berhasil melobi kongres agar pemerintah negara Adikuasa tersebut memberikan "paket stimulus" senilai USD 852 miliar. Sebuah nilai yang fantastis.

Seperti yang dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono baru saja mengeluarkan "paket stimulus fiskal" senilai Rp 71,3 triliun. Sejumlah kalangan meragukan langkah kebijakan yang diambil SBY ini. Akankah efektif mengatasi krisis finansial global yang turut terjadi di Indonesia?

Langkah Presiden SBY sebetulnya tidak salah. Justru setidaknya ada upaya pemerintah untuk membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi mencapai 4,7. Sementara memang di tengah masyarakat banyak perusahaan yang 'rontok' akibat terpaan badai krisis ini.

Tak ada jalan lain untuk mengatasi krisis finansial global, selain pemerintah memberikan "paket stimulus fiskal" kepada sektor ekonomi yang benar-benar sedang membutuhkan, agar roda perekonomian bergerak dan tumbuh kembali.

Kita lihat saja apakah kebijakan paket yang dikeluarkan Presiden SBY akan efektif di tahun 2009 ini? Apalagi di tengah-tengah suhu politik yang semakin 'memanas' menjelang pemilu, tentu saja eksistensi Presiden SBY dipertaruhkan di sini. Apakah periode akan datang SBY akan memimpin negeri ini lagi atau ganti sosok baru menyongsong Indonesia baru?

Wednesday, January 21, 2009

Pasca Obama Dilantik, Israel Harus Dituntut

Hari yang ditunggu-tunggu itu telah tiba. Barack Obama akhirnya dilantik menjadi presiden Amerika Serikat ke-44, Selasa (20/1) di Washington DC. Adakah perdamaian pasca Obama dilantik menjadi presiden negara adidaya ini? Bagaimana nasib Palestina setelah berhari-hari digempur Israel hingga banyak berjatuhan korban di Gaza?

Saya melihat dari tayangan televisi tadi pagi sungguh mengejutkan. Obama dengan jelas-jelas mendukung Israel dengan menjamin akan menjadikan Yarussalem sebagai ibukota negara Israel. Padahal, ibukota Israel saat ini adalah Tel Aviv. Artinya, Obama atas nama Amerika Serikat mendukung perebutan kota suci Yarussalem ini menjadi ibukota Israel. Obama justru lebih memperhatikan Israel daripada para korban rakyat Palestina akibat gempuran roket Israel.

Sungguh patut disayangkan. Obama yang dikagumi banyak orang, ternyata lebih membela Penjahat Perang (Israel). Jelas-jelas Israel melakukan kejahatan perang hingga jatuh banyak korban (anak-anak yang tidak berdosa) Palestina. Bahkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tidak cepat mendesak Israel untuk menghentikan agresi militernya ke Palestina (Gaza). Justru terlihat lambat, sementara Israel secara bertubi-tubi menghancurkan Gaza tanpa ada rasa kemanusiaan lagi.

Inikah Barack Obama yang dikagumi banyak orang di seluruh dunia? Ternyata lebih mendukung Israel daripada menciptakan kedamaian di dunia ini.