Tuesday, May 29, 2007

Siapa Rektor Unila 2007-2011?


Enam bakal calon Rektor Unila periode 2007-2011 mungkin berdebar-debar menjelang Rapat tertutup Senat Unila, Rabu pagi (23/5) lalu di Ruang Sidang Rektorat Unila lantai dua. Maklum mereka akan mempresentasikan visi dan misi sebagai Rektor Unila jika terpilih di hadapan 44 anggota Senat Unila. Enam orang yang mencalonkan diri sebagai Rektor Unila periode mendatang itu adalah Dr.Harris Hasyim,M.A, Prof.Irwan Effendy, Prof.Dr.Sudjarwo, M.S, Prof.Dr.Ir.Sugeng P.Harianto, M.S, Prof.Dr.Sutopo Gani Nugroho, dan Prof.Dr.Tirza Hanum.

Rencananya, pukul 9 pagi Rapat Senat itu akan segera dimulai. Tapi, sejak saya datang dan melihat-lihat ke dalam ruang Sidang itu dari pintu masuk, masih terlihat sedikit orang di sana meskipun jam sudah menunjukkan pukul 9 lebih. Tidak jauh dari sana, Saya melihat Ketua Senat Unila yang juga Rektor Unila dan akan diganti karena sudah habis masa jabatannya, Prof.Dr.Ir.Muhajir Utomo, M.Sc tampak keluar-masuk Ruang Sidang itu. Sambil melihat ke arah lantai bawah, sepertinya ia ingin memastikan jalannya Rapat Senat hari itu aman. Ia berpesan kepada seorang Satpam yang berjaga di depan pintu, "Kalau ada demo dan ada orang yang ingin masuk, jangan diizinkan!" pesannya.

Sekitar pukul 9.30 WIB, Muhajir segera membuka Rapat Senat Unila. Ternyata, hanya 39 anggota Senat Unila yang hadir saat itu. Acara Rapat Senat Unila itu bisa diikuti para dosen, karyawan dan wartawan melalui video teleconference yang telah disiapkan panitia di ruangan khusus. Tapi, sangat disayangkan tidak semua agenda Rapat Senat itu tidak bisa kita dengarkan. Hanya agenda penyampaian visi dan misi para bakal Calon Rektor saja kita dapat mendengar sekaligus melihat dari tayangan video itu. Sebelumnya, ada pembahasan tidak dapat kami dengarkan. Itu hal yang dilarang oleh panitia. Mungkin anggota Senat Unila tidak ingin pembahasan lain-lainnya diketahui oleh publik.

Masing-masing bakal calon menyampaikan visi dan misinya selama 30 menit, berikut menjawab pertanyaan dari para anggota Senat Unila. Sayangnya, sejak awal saya tidak mengikuti satu per satu penyampaian visi dan misi para bakal calon itu. Tapi, menjelang akhir salah satu bakal calon sempat saya lihat dan dengar dari tayangan video, tampak begitu semangat menyampaikan visi dan misinya serta menjawab pertanyaan dari para anggota Senat Unila.

Keenam bakal calon Rektor Unila itu masing-masing tidak diperkenankan melihat calon lainnya menyampaikan visi dan misinya. Saat menunggu giliran menyampaikan visi dan misinya, mereka menunggu di sebuah ruangan khusus yang disediakan panitia. Jadi, mereka berenam tidak ada yang saling tahu masing-masing visi misinya yang disampaikan di hadapan anggota Senat Unila.

Menjelang pukul 14.30 WIB untuk pemungutan suara. Kertas suara yang disiapkan panitia mirip ketika KPU menyiapkan kertas suara untuk pemilihan anggota DPR dan Presiden RI kemarin. Ada kotak suara. Ada juga bilik untuk pencoblosan suara. Semuanya mirip sekali seperti Pemilu 2004 lalu.

Tiba saatnya pemungutan suara dimulai. Satu per satu anggota Senat Unila dipanggil untuk mendapatkan satu kertas suara dan langsung mencoblos pilihannya. Dari ruangan khusus melihat tayangan video teleconference, Saya perhatikan beberapa karyawan Unila menanti perhitungan suara yang segera dimulai. Hasilnya, Prof.Dr.Ir.Sugeng P.Harianto, M.S memperoleh 12 suara, Prof.Dr.Sudjarwo,M.S (8 suara), Prof.Dr.Tirza Hanum (8 suara), Prof.Dr.Irwan Effendy (5 suara), Dr.Harris Hasyim (4 suara) dan Prof.Dr.Sutopo Gani Nugroho (2 suara).

Dari hasil tersebut, hanya tiga peraih suara terbanyak yang akan maju ke putaran kedua Pemilihan Rektor Unila. Mereka adalah Prof.Dr.Ir.Sugang P.Harianto (Dekan FMIPA Unila), Prof.Dr.Sudjarwo,M.S (Dekan FKIP Unila) dan Prof.Dr.Tirza Hanum (Pembantu Rektor I Unila).

Besok Rabu pagi (30/5), Mereka bertiga akan mengikuti debat di hadapan civitas akademika (mahasiswa, dosen, dan karyawan Unila) di Gedung Serba Guna Unila. Ada tiga panelis yang akan hadir nanti, yakni: Wahyu Sasongko,S.H,M.H (perwakilan dosen), Pramudya Muhtar,S.H (perwakilan karyawan) dan Abdul Darda (Presiden BEM Unila). Marselina Jayasinga, SE,M.Sc (Pembantu Dekan I FE Unila) akan memoderatori debat itu dari pukul 9 hingga 12 siang.

Siapa pun yang terpilih Rektor Unila nanti harus benar-benar serius membangun Unila ke arah yang lebih baik lagi. Pada tanggal 6 Juni nanti, Senat Unila akan memilih salah satu dari tiga calon ini untuk menjadi Rektor Unila yang akan menentukan Unila pada empat tahun mendatang. Usia 41 Tahun bagi Unila sudah cukup mapan dan selayaknya siap untuk bersaing dengan universitas lain di tingkat Sumatera dan juga di tingkat nasional menjadi Top Ten University. Semoga saja terwujud!

Monday, May 21, 2007

UI Tambah Mewah

(Rencana Jembatan Teksas/foto: Situs UI)
Malam ini (Senin, 21/5), rasanya Saya semakin bertambah kecewa terhadap pendidikan tinggi negeri (PTN) sekarang. Terlebih lagi dengan Universitas Indonesia (UI). Bukan karena Saya iri terhadap pembangunan kampus yang semakin pesat dan berdiri megah di kota Depok ini. Rektor UI ternyata suka kontrak kerja dengan instansi lain yang dirasa mubazir.

Pembangunan proyek jembatan di komplek UI salah satu contohnya baru-baru ini disepakati. Seharusnya, Rektor UI lebih peduli dengan keadaan dunia pendidikan di Indonesia sekarang yang belum membaik. Apalagi para mahasiswanya yang kurang mampu justru harus lebih diperhatikan. Jangan sampai stigma kurang baik masyarakat luar terhadap UI, dipandang hanya milik orang-orang yang berduit saja. Atau ternyata stigma itu benar kini? Merekalah yang punya jawabannya.

Di luar pulau Jawa, masih banyak kampus PTN yang 'terseok-seok' butuh dana untuk membangun gedung, menambah laboratorium, koleksi buku, menyekolahkan para dosennya ke jenjang lebih tinggi, dan lain sebagainya. Apa yang dilakukan UI mencerminkan kesenjangan sosial antar PTN. Jika demikian, sungguh UI belum peduli terhadap kualitas SDM-nya. Sebaliknya, membangun jembatan lebih diprioritaskan.
***

"Jembatan penghubung Hard Science - Soft Science". Demikian tulis judul berita yang dikutip dari situs UI, Senin (21/5) itu. PT Krakatau Engineering, salah satu anak perusahaan PT Krakatau Steel akan membangun jembatan di atas danau puspa yang membentang antara Fakultas Teknik dan fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Kontrak kerjasama telah ditandatangani Senin pagi (21/05) di Kampus Depok.

Rektor UI Prof. Dr.Usman Chatib Warsa, Sp.MK., Ph.D menyebutnya sebagai jembatan penghubung hard science (Fakultas Teknik) dan Soft Science (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya). Istilah bekennya bisa juga dinamakan jembatan “TEKSAS” (teknik dan sastra). Tetapi menurut Direktur Utama PT Krakatau Steel Daenulhay, secara terus terang mengatakan jembatan ini merupakan promosi dan reputasi perusahaan dipertaruhkan. Karena itu Daenulhay mewanti-wanti kepada pihak PT Krakatau Engineering supaya pembuatan jembatan kuat dan tahan lama.

Dalam paparannya, pihak PT Krakatau Engineering mengatakan semua rangka jembatan dibuat dari baja yang tahan karat dan tahan cuaca dan jembatan dibuat tidak saja untuk para pejalan kaki normal tetapi juga ada koridor untuk pejalan yang buta, serta ada pedestrian yang akan nyaman untuk berjalan di pinggir danau. Di bawah jembatan bisa menjadi tempat untuk saluran kabel fiber optik dari Fakultas tekni ke Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Atapnya dibuat sedemikain rupa, bisa untuk dipasang iklan, tetapi nyaman bagi pejalan kaki di jembatan. Bahkan kontruksi di ujung jembatan dibuat sedemikian rupa, yang melambangkan kemaskulinan dan kefemininan. Warna jembatan pun akan melambangkan warna UI ) kuningdan warna PT Krakatau Steel (merah). Pemancangan tiang akan dimulai pada tanggal 7 Juli 2007 pada pukul 7 pagi.

Monday, May 14, 2007

Selamat Nikah


Suatu hari minggu lalu, saya dan mungkin kebanyakan teman-teman Teknokra dikejutkan dengan kedatangan Kak Urie ke sekret Teknokra. M.Fakhruriza Pradana, nama lengkapnya. Tapi, saya akrab memanggilnya Kak Urie. Ia alumni Teknokra. Terakhir, pernah menjabat sebagai Pemimpin Umum Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra periode 2001-2002. Ketika periode itulah, Saya pertama kali masuk di Teknokra sebagai magang. Sekarang, ia telah bekerja sebagai dosen di Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten.

Kabar terkejutnya itu ketika Kak Urie terburu-buru memberikan beberapa lembar plastik undangan dari tasnya. "Kabarnya mau nikah ya, Kak Urie?" tanya Saya. Ia tersenyum saja.
"Wah, berarti gosip itu benar," Saya mengomentari.
Tidak lama dari itu, ia pun segera pamit pulang. Ada beberapa undangan saja yang ia minta agar segera diberikan kepada temannya. Saya melihat, Kak Urie sibuk sekali mengantar undangan pernikahannya. Belum lagi, ia harus membolos mengajar untuk menyiapkan pernikahannya hari Sabtu, 12 Mei 2007 di rumah calon istrinya di Pagelaran, Kabupaten Tanggamus.

***
Sabtu sore, 12 Mei 2007, Doni punya ide membuatkan sebuah hadiah pernikahan untuk Kak Urie. Sebuah gambar Stadion Old Trafford milik 'Setan Merah' Manchester United. Ada nama-nama Para Dewan Syuto di gambar itu. Sebutan ini buat anak-anak Teknokra yang kecanduan main PS (Play Station) Winning Eleven. Dari sejak zaman mereka main tahun 2002 yang lalu sampai sekarang masih menjadi pilihan. Pokoknya, selepas terbit Teknokra-News, pilihannya adalah menyewa PS di daerah Kampung Baru (kawasan hunian anak kostan mahasiswa Unila, red).

Dari generasi tahun 2002 hingga 2007 (sekarang, red), urusan main PS terutama buat para cowok Teknokra yang hobi main WE sampai pagi pun mereka lakoni. Tapi, sayangnya Saya tidak hobi main PS. Hehe..

Hasil rancangan yang dibuat Doni hanya dalam waktu sore itu langsung jadi. Tapi, buru-buru cari rental komputer yang bisa print hasil karyanya, hampir tidak ketemu. Untung saja ada sebuah rental komputer yang memiliki printer yang mampu print foto hasil karya Doni. Setelah tercetak, Doni tak henti-hentinya menatap hasilnya. Tak sabar ingin segera menghadiahkan kepada Kak Urie keesokan harinya di acara resepsinya.

***
Minggu pagi, 13 Mei 2007 sekitar pukul 10, Doni dan Roni belum juga ada kabar akan berangkat bersama dengan Saya naik motor ke resepsinya Kak Urie. Setelah dapat kabar, ternyata ban motor Roni sedang ditampal. "Pecahnya gede!" kata Doni. Mereka berdua berangkat dari kostan Roni. Saya telah menunggu mereka cukup lama di kostan saya. Belum lagi, bingkai untuk gambar hasil rancangan Doni sore kemarin belum dibelikan. Dengan terburu-buru, tidak jauh dari kostan Saya, dapatlah sebuah bingkai yang pas untuk gambar dan lengkap di sana nama-nama para anggota 'Dewan Syuto' itu. Eh, nama saya juga tercantum di gambar Stadion Old Trafford itu. Hehe...

Akhirnya, Saya mengucapkan Selamat Menikah untuk Kak Urie dan Desiyana. Semoga menjadi keluarga yang Sakinah, Mawadah, Warahmah. Amin.

Friday, May 04, 2007

Metro


Hari ini tepat satu bulan yang lalu, Saya, Tukul (panggilan akrab Iskandar, red), dan Nashrullah berangkat dari kampus Unila menuju ke Metro. Kami bertiga, siang menjelang sore itu mengendarai motor. Saya sendiri, sedangkan Nashrul membonceng Tukul berdua. Sebenarnya bukan Metro, persisnya Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur. Tapi, Doni, teman saya yang sering dipanggil Donkayz dan juga mantan Pemus Teknokra ini, lebih suka mengaku tinggal di Metro daripada Pekalongan.
"30 meter ke arah sana itu (sambil menunjuk ke arah belakang rumah kediaman bersama keluarganya, red) perbatasan Metro," kata Doni meyakinkan.

Saya percaya dengan Doni. Tentunya, saya sambil tertawa kecil melihat tingkah lakunya ingin meyakinkan teman-teman Teknokra kalau kediamannya di Metro. Doni selalu mengaku tinggal di Metro kepada orang lain yang ditemuinya daripada menyebutnya tinggal di Pekalongan. Terkadang Saya tersenyum sendiri kalau berada di sampingnya mengaku demikian.
"Iya, sekolahnya di Metro. Rumahnya di Pekalongan," Saya meledeknya sambil tertawa.

Malam itu rencananya akan ada acara Yasinan di rumah Doni. Sebagai wujud syukur atas selesai studinya di Jurusan Peternakan Unila dan ulang tahun adiknya, Dirga. Kami semua (teman-teman Teknokra, red) diundang menghadiri di acaranya itu. Tidak hanya anak Teknokra, teman-teman dari Filateli, Menwa dan Mapala pun ikut juga. Tapi, seperti biasa jadwal Teknokra selalu saja molor. Seharusnya datang ba'da Maghrib, malah sekitar pukul 8 malam baru tiba dengan menumpang angkot Rajabasa dari Unila. Cukup banyak yang datang waktu itu datang ke rumah Doni. Tentu saja tak ada yang mau melewatkan momen makan-makan masakan dengan daging kambing, peliharaan Doni di belakang rumahnya. Malam itu benar-benar pesta makan untuk anak-anak Teknokra.

Tentu tidak sekedar makan-makan dari jamuan makan malam, ingin makan buah rambutan tinggal memetik di pohonnya langsung yang ada di depan rumah Doni. Yah, layaknya pesta kebun di depan rumahnya. Saya pun membawakan satu karung buah Duku dari hasil kebunnya Yudi di kampungnya, Suban, Lampung Selatan. Kami semua menikmati makan buah-buahan.

Saya termasuk tidak kuat begadang malam itu. Jadi, lebih baik saya memilih tidur. Tapi, beberapa teman lainnya asik ngobrol di teras rumah Doni. Sedangkan di ruang tamu, sudah berjejer tidur mereka yang telah mengantuk.
***
Besok pagi, yang semalam tidak tidur gilirannya mereka tidur. Tapi, ada juga beberapa yang tidak tidur sama sekali sampai pagi itu. Saatnya makan pagi pun dibuatkan oleh ibunda Doni. Pokoknya, urusan makan malam sampai sarapan pagi ditanggung juga oleh Doni. Dia pun sejak awal sudah menawari kita untuk tidur sekaligus difasilitasi hingga sarapan pagi. Baik ya? Terima kasih banyak atas undangannya, Don! Mudah-mudahan tidak kapok mengundang kita lagi. Hehe...

Tak ada acara makan-makan, tanpa ada foto-foto. Tentu yang satu ini, hampir seluruh anak Teknokra suka difoto. Jadi, kalau melihat album foto Teknokra, yang jarang masuk koleksi foto itu adalah sang fotografernya. Dia harus rela tidak banyak difoto. Nasibnya memang begitu kan? Beberapa koleksi yang difoto oleh beberapa kru Teknokra, saya pilih untuk dipublish di blog ini. Dari sisi ekspresi wajah yang difoto, tentu saja tidak terlupakan selain keindahan foto itu.

Seperti foto pertama di atas, Dwi sedang memeragakan layaknya burung yang ingin terbang. Saya suka sekali foto ini. Rio yang berada di depan, sambil makan sarapan paginya tidak ingin ketinggalan difoto.

Foto berikutnya, tidak ketinggalan teman sekaligus tetangga kita di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM), dari UKM Filateli ikut juga ingin difoto bersama. Saya duduk jongkok saja di sebelah kanan. Doni tinggal senyum-senyum saja membelakangin Saya di sebelah kanan itu. Sedangkan Weni alias Wewek, salah satu kru magang Teknokra, tidak ingin melepaskan sejumput rambutan yang ada ditangannya.

Foto terakhir ini saya suka dengan gaya Rio dan Andri yang melompat agar dapat difoto oleh Reza. Rio sepertinya sangat bersemangat ingin melompat lebih tinggi lagi bak ksatria di film-film Jepang. Huuuppp....!!!!