Sunday, August 26, 2007

Mengapa Indonesia Tidak Menjadi Negara Maju?

Beberapa hari yang lalu, saya menerima email dari seorang teman milis sekolah saya. Isinya menarik dan membuat saya kagum sekaligus menyentuh. Sebuah pesan untuk refleksi bagi kita, terutama masyarakat Indonesia sebagai salah satu negara berkembang. Sebetulnya, judul di atas saya ubah dari judul aslinya yakni “Refleksi dan Tindakan”.

Setelah saya membaca semua pesan tersebut yang dimuat dalam file Ms Power Point itu, lalu saya pindahkan ke dalam bentuk tulisan seperti di bawah ini. Agar semua dapat membaca dan turut merefleksikannya.

Pesan asli yang dibuat itu ternyata sudah cukup lama. Tiga tahun lalu. Tapi, saya kira tema seperti ini masih menarik sebagai refleksi bagi kita. Jika sebelumnya ada yang telah membaca, saya kira menarik sekali diikuti kembali. Mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita semua. Berikut ini pesan asli yang saya dapatkan itu:

(Pesan ini saya terjemahkan dari suatu tulisan berbahasa Inggris yang saya terima melalui email dari seorang kawan. Maaf bila salah/kurang tepat menerjemahkannya (Boedi Dayono, Januari 2004)

Perbedaan antara negara berkembang (miskin) dan negara maju (kaya) tidak tergantung pada umur negara itu.

Contohnya negara India dan Mesir, yang umurnya lebih dari 2000 tahun, tetapi mereka tetap terbelakang (miskin).

Di sisi lain-Singapura, Kanada, Australia, dan New Zeland-negara yang umurnya kurang dari 150 tahun dalam membangun, saat ini mereka adalah bagian dari negara maju di dunia, dan penduduknya tidak lagi miskin.

Ketersediaan sumber daya alam dari suatu negara juga tidak menjamin negara itu menjadi kaya atau miskin.

Jepang mempunyai area yang sangat terbatas. Daratannya, 80 persen berupa pegunungan dan tidak cukup untuk meningkatkan pertanian dan peternakan.

Tetapi, saat ini Jepang menjadi raksasa ekonomi nomor dua di dunia. Jepang laksana suatu negara “industri terapung” yang besar sekali, mengimpor bahan baku dari semua negara di dunia dan mengekspor barang jadinya.

Swiss tidak mempunyai perkebunan coklat tetapi sebagai negara pembuat coklat terbaik di dunika. Negara Swiss sangat kecil, hanya 11 persen daratannya yang bisa ditanami.

Swiss juga mengelola susu dengan kualitas terbaik. (Nestle adalah salah satu perusahaan makanan terbesar di dunia). Swiss juga tidak mempunyai cukup reputasi dalam keamanan, integritas dan ketertiban-tetapi saat ini bank-bank di Swiss menjadi bank yang sangat disukai di dunia.

Para eksekutif dari negara maju yang berkomunikasi dengan temannya dari negara terbelakang akan sependapat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal kecerdasan.

Ras dan warna kulit juga bukan faktor penting. Para imigran yang dinyatakan pemalas di negara asalnya ternyata menjadi sumber daya yang sangat produktif di negara-negara maju/kaya di Eropa.

Lalu…apa perbedaannya?

Perbedaannya adalah pada sikap/perilaku masyarakatnya, yang telah dibentuk sepanjang tahun melalui kebudayaan dan pendidikan.

Berdasarkan analisis atas perilaku masyarakat di negara maju, ternyata bahwa mayoritas penduduknya sehari-hari mengikuti/mematuhi prinsip-prinsip dasar kehidupan sebagai berikut.

  1. Etika, sebagai prinsip dasar dalam kehidupan sehari-hari
  2. Kejujuran dan integritas
  3. Bertanggungjawab
  4. Hormat pada aturan dan hukum masyarakat
  5. Hormat pada hak orang/warga lain
  6. Cinta pada pekerjaan
  7. Berusaha keras untuk menabung dan investasi
  8. Mau kerja keras
  9. Tepat waktu

Di negara terbelakang/miskin/berkembang, hanya sebagian kecil masyarakatnya mematuhi prinsip dasar kehidupan tersebut.

Kita bukan miskin (terbelakang) karena kurang sumber daya alam, atau karena alam yang kejam kepada kita. Kita terbelakang/lemah/miskin karena perilaku kita yang kurang/tidak baik.

Kita kekurangan kemauan untuk mematuhi dan mengajarkan prinsip dasar kehidupan yang akan memungkinkan masyarakat kita pantas membangun masyarakat, ekonomi dan negara.

Jika Anda tidak meneruskan pesan ini, tidak akan terjadi apa-apa pada diri Anda!! Hewan peliharaan Anda tidak akan mati, Anda tidak akan kehilangan pekerjaan, Anda tidak akan mendapatkan kesialan dalam 7 tahun, juga Anda tidak akan sakit.

Tetapi, jika Anda tidak meneruskan pesan ini, tidak akan terjadi perubahan apa-apa dalam negara kita. Negara kita akan tetap berlanjut dalam kemiskinan dan akan menjadi lebih miskin lagi.

Jika Anda mencintai negara kita, teruskan pesan ini kepada teman-teman Anda. Biarkan mereka merefleksikan hal ini. Kita harus mulai dari mana saja. Kita ingin berubah dan bertindak!!

Dan perubahan dimulai dari kita sendiri.

15 comments:

Anonymous said...

mungkin karena kita kelamaan dijajah kali yah jd dalam masyarakat kita udha tertanam rasa tak peduli, egois dan cenderung ga fight ama kehidupan, yang akhirnya menimbulkan prilaku2 yg ga mendukung buat mencapai kemajuan diri. Kan kemajuan sebuah bangsa atau negara pertama dimulai dr diri pribadi kan ya? nah kalo pribadi aja udah berperilaku yg anti kemajuan..gimana bangsa ini mau maju? belum lg korupsi merajalela yang disebabkan oleh kecendurangan egoistis memikirkan diri sendiri.
halah...pidato apa kamu vie? xixixix
^_^

Vie said...

Banyak sudah terbukti (terutama disini, hasil dr pengamatan sendiri), kaum imigran sebagai orang yg bekerja "their butt off" (excuse my language) dibandingkan dr native.
Kenapa? Karena semua "facilities" yg didpt dinegara "baru"nya tidak pernah didpt di negara "lama"nya dan kesempatan inilah yg tdk mau mereka sia2kan.

Kalo gak nyambung, paksa aja supaya nyambung.
Makasih Riek dah mampir ketempatku. BTW, tulisannya bagus tuh. Seriously!

Anonymous said...

Jadi Indonesia kalau mau maju, jangan tergantung oleh umur negara, luas lahan, dan SDA, tetapi SDM terlebih dahulu yang harus dimajukan, seperti Jepang, walaupun lahannya sempit dan tidak memungkinkan untuk pertanian dan peternakan, tetapi SDM mereka sangat tinggi, sama seperti Singapura yang memiliki lahan sempit, berumur muda, dan tidak memiliki SDA.

Oh iya, Speedy banyak masalah tuh, nggak tau kenapa, nggak bisa connect, padahal sudah bayar, lunas dan penuh, hehehehe..

Nanti disambung lagi ya, saya harus sekolah.

Laters & Cyas!

inda_ardani said...

jika Anda tidak meneruskan pesan ini ...

haduh ... ampun mas, saya jangan diancam. kalau saya diancam, saya akan balik mengancam, ... hueheheh ... peace-peace-peace

makasih buat refleksinya. waa jd inget pelajaran ppkn waktu sekolah dulu yang biasanya disepelein tapi sebenernya penting buanged :p

tapi tentunya artikel ni bisa diteruskan dengan pembahasan yang lebih spesifik.

saya pernah ikut seminar yang salah satu keynote speakernya adalah staf ahli depkes, yang membahas tentang kemajuan (atau ketidakmajuan--aha, ya gitu deh)indonesia, tentunya di bidang kesehatan. memang banyak sekali hal yang jadi keprihatinan kita semua, tapi mungkin kita bisa menyadari bahwa indonesia ini begitu luasnya dan begitu majemuknya. di beberapa daerah memang masih perlu banyak perbaikan, tapi di beberapa kota besar kan sudah menyetarai negara maju.

loncat dikit ah, kmaren baca kompas yang tentang mode gitu, ada petinggi guess yang bilang kalo kita ke milan lihat butik di sono, kondisinya dah sama persis kayak yang di jkt.

well, ni bukannya sok2an hedon lho mas (ampun ... saya jangan diancam ... :p) cuma ya karena pengetahuan saya terbatas makanya saya kasih contoh gitu. terus ... kan menurut survey the times yang "200 perguruan tinggi ..." itu ... di bidang biomedis rangking 73 ada UGM . nah, yang ini juga bukan mau sok membanggakan kandang saya :) tapi kan UGM itu punya indonesia juga

intinya, saya mau bilang kalo kita nggak jelek2 amat. emang sih, pr kita masih banyak banget. tapi boleh dong kita lihat beberapa fakta empiris yang bikin semangat kita naik sedikit

Yuki Tobing said...

damn, I was about to write something about this.. haha.
setuju pun saya, attitude dan sikap suatu bangsa itu sangatberpengaruh..

kita lihat China, walopun mereka mengalami perkembangan eknomi gila2an kayak Jepang di tahun 1970an I doubt mereka akan seperti Jepang saat ini di masa depan mengingat mental makhluk2 cina yang rada kurang teratur..

Indonesia??
ya sudahlah, gak usah dibahas, haha..
bersuara vokal dikit aja dibungkam, pemerintah gak siap nerima kritik, di sisi lain rakyat sendiri suka sok2 ngritik tanpa menyadari kalo mereka belum buat apa2 buat negaranya.. haha

Mazarif said...

Etika adalah salah satu yang hilang dari bangsa ini, saat ujian ada yang berusaha mencari bocoran atau mencontek (jadi malu hi..hi..)

Perubahan memang harus segera dilakukan, setidaknya dimulai dari kita sendiri

manharo said...

Hoho..sampai matipun gak akan pernah bisa berubah..karena sekarang tampaknya hanya memikirkan diri sendiri..bener ga yaah? takut salah.. :)

pernah maen ke desa? soalnya saya orang desa.. =p nah, andai semua orang di negeri merah putih ini bersikap seperti orang desa yang justru mereka sering bergotong royong dan bermusywarah..pasti damai..tapi gak semua desa juga seperti ini koo..

Televisi dan Media..itu salah satu faktor pendukung budaya jadi berubah..

Petani dan orang miskin..dilupakan..padahal doa mereka bakal langsung dikabulkan..

Pendidikan dan kesehatan selalu disampingkan..padahal ini yang paling utama..meskipun gak bersifat jangka pendek, tapi inilah fondasi utama bangsa itu untuk maju..

seenggaknya itu menurut ane..He.he..

tapi bersyukur deh ane lahir di Indonesia..iya kan?

Eriek said...

@novie-pinky: vie, menurut saya faktor tingkat pendidikan juga turut mempengaruhi seseorang punya dorongan prinsip untuk maju atau sebaliknya. budaya korup misalnya, terus terjadi karena di lingkungannya tidak ada yang tegas untuk menyatakan bahwa itu salah. jadi, tetap saja dianggap hal yang biasa.

saya sepakat semuanya memang dimulai dari kita masing-masing. tapi, persoalannya itu tidak semua bisa tersadarkan. perlu cukup waktu yang lama untuk memperbaiki.

@vie: terima kasih vie yang baik. tentunya kamu cukup tahu banyak tentang kondisi yang ada di sana kan? imigran dan pribumi, apa pendapatmu?

@diospectre: Indonesia memang negara yang luas wilayahnya. beragam budayanya. beragam pula taraf hidupnya. saya kira memang tidak mudah bagi seorang presiden dan wakil presiden memimpin bangsa yang besar ini. tapi, saya yakin perubahan ke arah yang lebih baik pasti ada. meskipun tidak tahu pasti persisnya kapan. mari kita memulai dari diri sendiri. belul apa yang dikatakan aa' gym.

@inda_ardani: inda, saya sepakat negeri kita tidak jelek apa yang dipikirkan orang. memang ada sisi lain yang sangat membanggakan kita. salah satunya beberapa waktu yang lalu, saya mengikuti perkembangan berita tentang kontes robot tingkat internasional di vietnam. juara kedua diraih teman-teman ITS. ya, mereka orang Indonesia. arek suroboyo. saya terharu sekali. benar-benar terharu. ini sangat membanggakan negeri kita kan? saya yakin setelah kepulangan teman-teman kita itu akan diundang presiden ke istana negara. ya, ini salah satu kebanggaan di bidang pendidikan. lainnya? saya kira pasti masih banyak yang punya prestasi.

@yuki tobing: yuki, selamat datang kembali ya. zaman orba tentu berbeda sekali di zaman sekarang (pasca reformasi) yang katanya demokrasi mulai ditegakkan. kebabasan mengemukakan pendapat tidak lagi dibungkam. malah indonesia mendapat predikat negara yang paling demokratis sejak pemilu 1999 lalu. ya, tampaknya saat itu kita bereuforia. bangga sekali telah memperjuangkan hak kebebasan berpendapat.

@mazarif: mas arif, saya sepakat memang perlu kita refleksikan kembali tentang etika. sejak mengenyam bangku sekolah, etika yang diajarkan di ppkn (pendidikan pancasila dan kewarganegaraan) dan agama tentu sangat penting. tapi, sayangnya kalau belum kita mencoba refleksi kembali dan dijadikan pegangan di dalam kehidupan sehari-hari.

Cempluk Story said...

wah artikel mas mantap ulasannya..

Unknown said...

saya juga terima imel itu di milis. dalam bentuk powerpoint kan?
point 7 tentang menabung, itu yang sulit buat kita, karena perlahan namun pasti, budaya konsemerisme sudah melanda indonesia. bukannya menabung, tapi malah menumpuk utang. dan kalo ga punya kartu kredit malah dianggap kuno.
cinta pekerjaan, tepat waktu, hal-hal disiplin seperti itu jauh dari kita...

Nico Wijaya said...

makasih riek dah nyampein pesan ni. ya usaha deh..meskipun agak sulit merubah kebiasaan yg mendarah daging. :)

Anonymous said...

Erik..Erik..Erik (hush Sarah, udah 3 kali aja).
Umur kamu berapa Rik? Salut saya! Ini yang pernah saya omongin sama temen2 kos dan kuliah, dulu, ya..2 taun yang lalu. Ubah dari diri sendiri! Itu aja. Ternyata memang susah ya Rik. Okeh..tetep semangat lah Rik, kita pasti bisa kok! :)*mau muntah ya? Muntah aja coz saya udah duluan* huahaha

Vina Revi said...

TFS! great article, mas.
salut juga untuk usahanya yang udah bersusah payah (ato sebenernya biasa aja? hehe) men-translate ke dalam bahasa Indonesia.

Adite said...

wah bener banget bang!
di sini sih orangnya banyak, kekayaan alamnya melimpah, sdm nya kurang.. tapi kalo SDMnya = Selamatkan Diri Masing-masing sih tinggi banget

Kang Geri said...

setujuhhhhhh