
Kalau melakukan ini pasti membuat jantung sangat berdebar-debar. Bagi orang biasa, menaiki tower yang tinggi sudah tentu mengerikan. Takut jatuh. Was-was (bukan acara infotainment di televisi, red). Bagaimana tidak, yang dilakukan Sony menaiki tower setinggi 45 meter untuk memasang radio dan antena wireless Unila, sabtu siang kemarin (9/2) bukan masalah. Sudah cukup sering ia melakukan urusan panjat-memanjat memasang radio dan antena wireless di berbagai tempat.
Tower setinggi 45 meter ini belum lama didirikan dan terletak dekat gedung Pusat Komputer Unila. Biasanya Sony butuh alat pengaman/pengait untuk naik ke towor paling atas untuk menjaga keselamatannya. Tower yang menjulang tinggi ke atas ini tidak sama persis dengan tower Base Transceiver Station (BTS) milik operator seluler kebanyakan. Bentuknya ramping memiliki tiga kaki dan kawat pengait yang ditarik ke dasar tanah.
Rencananya tower ini akan digunakan untuk 'menembak' sinyal wireless kepada lima perguruan tinggi swasta di Bandar Lampung, di antaranya AMIK Master, Universitas Bandar Lampung, STIBUN Lampung, STMIK Darmajaya, dan Perguruan Teknokrat.
Ketika pemasangan satu radio wireless ke atas tower, ada Gigih, Harid, Johan, dan Herieds membantu mereka. Ada pula Redha sibuk sana-sini memfoto proses pemasangan alat ini hingga ke atas puncak pencakar langit.
Yang cukup mengagetkan ketika Sony berada di paling atas tower, tiba-tiba ada terdengar suara keras seperti benturan benda mengenai besi. Ternyata benda itu adalah Handytalky yang dibawa Sony ke atas tower, terjatuh hingga baterainya terlepas dari 'body'.
Untung saja yang jatuh bukan Sony. Tapi, disayangkan sebuah Handytalky biru yang awalnya masih cukup berfungsi dengan baik, kini telah rusak. Sepertinya harus membeli yang baru lagi. Lebih bersyukur lagi benda kecil tadi tidak menimpa teman-teman yang menemani di bawah tower tadi. Semoga kejadian ini tidak terulang kembali.