Wednesday, July 25, 2007

Gara-Gara Berita, SKM "Teknokra" Diancam Oknum Mahasiswa FKIP Unila

Bandarlampung, 24/7 (ANTARA) - Gara-gara pemberitaan tentang pengutipan "uang parkir" tidak resmi oleh petugas Satuan Pengamanan (Satpam) di salah satu fakultas di lingkungan Universitas Lampung (Unila), pengelola Surat Kabar Mahasiswa (SKM) Teknokra malah mendapatkan ancaman dan perlakuan buruk dari sejumlah oknum mahasiswa fakultas itu.

Informasi yang diperoleh ANTARA Bandarlampung, Selasa, menyebutkan, aksi menjurus pada premanisme di Kampus Unila itu justru terjadi pada saat PTN umum terbesar di Lampung itu menjadi tuan rumah Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-20 (17-22/7) lalu.

Pimpinan Umum SKM Teknokra, Taufik Jamil Alfarau membenarkan kejadian pada Kamis (19/7), saat SKM Teknokra di kantornya di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Unila, kedatangan "tamu" dari Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Kelompok Studi Seni (KSS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila.

Mereka datang atas keberatan terhadap pemberitaan yang pernah dimuat "Teknokra News" Edisi 86 yang berjudul "Satpam FKIP "Panen" Uang Parkir".

Namun, kedatangan mereka tersebut dilakukan tidak dengan santun. Salah satu diantara oknum mahasiswa dari UKMF KSS itu mengancam dengan mengacungkan senjata tajam (badik) kepada pengurus Teknokra yang ada di sekretariatnya.

Taufik menuturkan, setelah kedua tamu mahasiswa FKIP Unila itu dipersilakan masuk, tak lama kemudian sekitar tujuh orang mahasiswa lainnya tiba-tiba masuk ke ruangan tanpa permisi.

Mereka kemudian mengambil posisi duduk di sofa, salah satu dari mereka langsung mengatakan maksud dan tujuan kedatangan dengan nada tinggi, yang menuding SKM Teknokra melalui pemberitaan itu mau mengadu domba mereka dengan Satpam di fakultasnya.

Para oknum mahasiswa itu bahkan secara emosional, menunjukkan pula berita yang dipersoalkan.

Suasana pun menjadi panas, walaupun Taufik kemudian berusaha untuk menenangkan dan memberi penjelasan kepada mereka. Namun, mereka tetap tidak terima dengan penjelasan itu dan memaki-maki dia dengan kata-kata kotor dan cabul.

Kendati terus mencoba menenangkan dan memberi penjelasan bahwa Teknokra tidak bermaksud menjelek-jelekkan KSS, maupun Satpam atau mengadu domba diantara keduanya.

Kepada para mahasiswa itu, Taufik mengatakan, berita itu merupakan hasil wawancara dan isinya tidak terdapat kata-kata yang menjelek-jelekkan kedua belah pihak.

Tapi penjelasan itu tidak membuat mereka mengerti, bahkan emosi mereka semakin menjadi, dan mereka serentak berdiri seraya menunjuk-nunjuk serta mengeluarkan kata-kata kotor dan cabul.

Salah satu diantara mereka bahkan ada yang mencabut senjata tajam berjenis badik dari pinggang dan mengacung-acungkan di depan muka Taufik.

Walaupun mundur karena melihat situasi tidak bisa terkendali, mereka kemudian naik ke atas sofa, dan salah satu mahasiswa itu memukul dada serta pipi sebelah kiri Taufik disaksikan yang lainnya.

"Kami tetap mencoba menghindari kontak fisik, bukan karena takut tetapi tidak mau membuat nama Unila tercemar karena adanya perkelahian, mengingat sekarang sedang ada Pimnas ke-20. Walaupun kawan-kawan di Teknokra itu sempat terpancing emosi dan akan melawan, tapi saya menghalang-halangi, " urai Taufik pula.

Salah satu dari oknum mahasiswa itu, juga mencoba untuk menenangkan teman-temannya yang sudah emosi dan mengajak keluar Sekretariat Teknokra, walaupun salah satu diantara mereka keluar sembari melampiaskan kekesalannya dengan menendang daun pintu, menggebrak meja serta membanting vas bunga milik Teknokra.

Menurut Taufik, setelah kejadian itu, sejumlah pihak atasnama mahasiswa itu berupaya untuk bertemu dan mengajak "damai".

Sejumlah alumni Unila yang pernah aktif di SKM Teknokra yang mengetahui peristiwa "penyerangan dan pengancaman" itu, justru mendesak agar kasus tersebut diproses hukum dengan diadukan kepada polisi, sehingga oknum mahasiswa FKIP Unila yang mengancam dihukum sesuai kesalahannya.

Salah satu dosen Fakultas Hukum Unila, Dr Eddy Rifai bahkan mengaku siap mendampingi para aktivis pers mahasiswa Teknokra itu, untuk menindaklanjuti kasus pengancaman terhadap institusi pers kampus itu kepada aparat penegak hukum.

"Jangan pernah membiarkan tindakan anarkis dan sewenang-wenang terjadi dialami kawan-kawan pers mahasiswa, apalagi pelakunya oknum mahasiswa di kampus sendiri," ujar salah satu kandidat yang lolos nominasi Panitia Seleksi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu pula.

Sejumlah alumni Unila yang pernah aktif di SKM Teknokra lainnya, juga mendesak agar pihak Rektorat dan Dekan FKIP Unila segera memproses dan menyelesaikan kasus tersebut.

"Tidak cukup dengan minta maaf dan berdamai, kalau dibiarkan tanpa tindakan hukum yang tegas akan menjadi preseden buruk bagi SKM Teknokra dan pers mahasiswa lainnya,' kata salah satu alumni itu pula.

Juwendra Asdiansyah, alumni SKM Teknokra yang juga Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lampung juga mengecam keras tindakan oknum mahasiswa FKIP Unila kepada Pengurus SKM Teknokra itu.

Menurut dia, seharusnya mekanisme hak jawab dan cara-cara menyelesaikan masalah berkaitan dengan keberataan sebuah pemberitaan tidak dilakukan dengan cara yang anarkis dan cenderung premanisme seperti itu. Apalagi di lingkungan kampus yang semestinya lebih mengedepankan sikap santun, rasional dan cerdas.

Diselesaikan Kekeluargaan
Namun Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Unila (PR III), Drs M Thoha BS Jaya MS menilai, persoalan itu adalah internal Unila yang masih bisa diselesaikan secara baik-baik dan dengan kekeluargaan oleh pihak Unila sendiri serta tidak perlu sampai dibawa ke polisi.

Thoha menegaskan, telah minta Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan FKIP Unila untuk segera mempertemukan kedua pihak lebih dulu, untuk kemudian diajak bertemu langsung dengan dirinya.

"Kebetulan dua hari ini saya masih tugas di Jakarta, tapi setelah kembali akan segera mempertemukan mereka untuk menyelesaikannya dengan baik-baik," kata Thoha lagi.

Thoha berpendapat, insiden itu adalah persoalan internal yang dapat diselesaikan secara kekeluargaan di Unila sendiri. Apalagi tidak ada yang korban sampai terluka atau akibat buruk lainnya.

Tapi dia juga berjanji, tidak akan membiarkan adanya oknum mahasiswa yang berbuat anarkis dan cenderung berlaku preman di lingkungan kampusnya sendiri.

Kendati begitu, Thoha belum dapat memastikan kemungkinan memberikan sanksi kepada mahasiswa FKIP yang terbukti melakukan tindakan pengancaman dengan senjata tajam dan perbuatan tidak menyenangkan lainnya kepada crew SMK Teknokra itu.

Pimpinan Umum SKM Teknokra dan Pengurus surat kabar mahasiswa yang tetap eksis di Indonesia itu, juga mengharapkan persoalan tersebut masih bisa diselesaikan secara baik-baik dan damai mengingat pelakunya adalah juga mahasiswa di kampus mereka.

Tapi mereka mengharapkan, tidak ada lagi tindakan kekerasan, intimidasi apalagi pengancaman terhadap pers mahasiswa terjadi di Unila hanya karena keberatan dengan pemberitaan seperti itu.

6 comments:

Adite said...

hiiie serem... gila beneran tuh bawa parang?
ati-ati, sakit jiwa tu anak

Alma said...

wah..katanya mahasiswa kok kelakuannya sama sekali ngga mencerminkan mahasiswa ya?? ck..ck...ngerilah... atau mahaiswa jaman sekarang emang udah kayak gitu ya?

Unknown said...

Bukan hanya mahasiswa. Calon guru! Sangat disesalkan kalau hanya berujung pada tahap damai. Mungkin untuk damai, bisa jadi. Tapi kalau dibiarkan saja, suatu saat bs terulang!

Tp bgmnpun jg, "cinta damai adalah segalanya!"

Unknown said...

style wartawannya masih nempel banget!! hehehehe....

mudah2an bisa diselesaikan dengan jalan damai. begitulah kalo idealisme udah ketemu sama primitifisme *bener ga yah bahasanya?*

Eriek said...

@adite: beneran. masa' kita membuat berita bohong? makanya, baca Teknokra News terbaru dong. Hehe...tugas adite dkk mengobati teman kita di FKIP itu.

@muthe: zaman sekarang beginilah mahasiswa. memang tak ada yang perlu disesalkan. tinggal bagaimana memaknai sebagai mahasiswa yang intelektual, kritis, dan santun juga penting.

@Zaky Zetya: Allahu Swt, Sang Pencipta Alam semesta ini pun Maha Penyayang. Yah, dimaafkanlah anak itu. Tapi, akibat perbuatannya itu perlu diberi sanksi oleh petinggi universitas. Supaya memberikan efek jera dan tidak akan mengulangi kembali.

@kana haya: style wartawan yang mana na? yah, namanya juga mahasiswa. emosinya belum stabil. terkadang berapi-api dan lupa yang dilakukannya berbahaya bagi orang-orang di sekitarnya. Bisa dibilang seperti itulah, idealisme tak akan bisa dilawan premanisme.

Unknown said...

Ya tentu Ihklas dimaafkan. Rasulullah sewaktu hendak memotong tangan orang yg mencuri, dia juga pernah bilang kalau seandainya yang mencuri adalah Fatimah, maka niscaya pasti dia juga akan potong tangannya. Artinya, hukuman perlu untuk pencegah dan penebus.

Trims spiritnya. Smg tdk membuat down adik-adiknya.