Sunday, November 25, 2007

Surat Terbuka: Lagi, Malaysia Tak Henti Klaim Budaya Indonesia

Saudaraku Malaysia, mengapa saudara pemerintah Malaysia mengklaim Reog Ponorogo sebagai milik Malaysia? Ini permintaan saya kepada warga atau pemerintah Malaysia agar menjawab pertanyaan saya ini secara objektif serta dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Saya sebagai warga negara Indonesia, tentu sangat sedih dan menyayangkan pemerintah Malaysia mengklaim Reog Ponogoro adalah milik Malaysia.

Kamis (22/11) kemarin, saya kaget setelah membaca sebuah berita yang berjudul “Reog Dijiplak Malaysia, Pemkab Ponorogo Didesak Bertindak” dari situs berita Detikcom. Saya jadi heran dengan sikap Malaysia. Sebelumnya pemerintah Malaysia mengklaim lagu “Rasa Sayange” sebagai lagu milik mereka untuk kampanye pariwisata “Malaysia Truly Asia”.

Namun, setelah mereka gagal klaim lagu “Rasa Sayange” adalah milik Malaysia, kini mereka klaim Reog Ponorogo. Dari kata setelah Reog disambung dengan Ponorogo asli milik masyarakat Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia. Tarian Barongan yang dimuat oleh website Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia tampak seperti Reog Ponorogo. Bentuknya jelas-jelas sama dengan Reog Ponorogo. Hanya saja Malaysia menyebutnya Tarian Barongan.

Saudaraku Malaysia, Reog Ponorogo yang ditiru Malaysia menjadi Tarian Barongan berasal dari Kota Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia. Seorang sesepuh kesenian Reog, seperti dikutip dari Media Indonesia, Kemun alias Molok, berusia 84 tahun, mengatakan Reog sejak masa embahnya Kemun bernama Reog Ponorogo. Tidak ada Reog Malaysia atau reog lain.

Cerita Reog Ponorogo, seperti dikutip dari Kompas, telah ada dan mulai berkembang sejak tahun 900 saka. Tepatnya, pada masa kerajaan Kediri. Menurut Sesepuh Kesenian Reog Ponorogo yang juga sebagai pengamat Reog Ponorogo Tobroni, pada masa itu, Prabu Klono Sewandono dari kerajaan Bantarangin atau Wengker yang merupakan cikal bakal Kabupaten Ponorogo, berangkat menuju Daha kerajaan Kediri untuk melamar putri Songgolangit.

Namun ditengah perjalanan rombongan Prabu Klono Sewandono dihadang makhluk yang berwujud kepala harimau (Kepala Barong) yang berhiaskan burung merak (dadak merak) di atasnya. Saat itu, kepala barong dapat dikalahkan dan kemudian menjadi pengikutnya. Namun, ketika melamar sang putri raja Songgolangit, sang putri bersedia dinikahi dengan meminta mas kawin berupa sebuah kesenian yang belum ada di dunia. Atas permintaan tersebut, akhirnya lahirlah kesenian reog, yang merupakan perpaduan antara musik seruling dengan gending atau karawitan yang diiringi para penari.

Bagi saya, Malaysia telah melakukan kesewenang-wenang dengan klaim “Reog Ponorogo” versi Malaysia (Tarian Barongan, red) adalah milik mereka. Menurut website Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia, Tarian Barongan menggambarkan kisah-kisah di zaman Nabi Allah Sulaiman dengan binatang-binatang yang boleh bercakap. Kononnya, seekor harimau telah terlihat seekor burung merak yang sedang mengembangkan ekornya. Apabila terpandang harimau, merak pun melompat di atas kepala harimau dan keduanya terus menari. Tiba-tiba Pamong (Juru Iring) bernama Garong yang mengiringi Puteri Raja yang sedang menunggang kuda lalu di kawasan itu. Pamong lalu turun dari kudanya dan menari bersama-sama binatang tadi. Tarian ini terus diamalkan dan boleh dilihat di daerah Batu Pahat, Johor dan di negeri Selangor.

Pak Molok, asal Ponorogo, seperti dikutip dari website Kapanlagi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Seni Budaya, Pemkab Ponorogo, Gunardi. "Gambar reog di website itu adalah asli buatan Pak Molok, perajin reog di Ponorogo," katanya.

Menurut dia, dadak merak reog yang dibuat Molok berukuran panjang 2,25 meter, lebar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50 kilogram, sedangkan yang membedakan antara reog buatan Molok dengan perajin reog lainya terletak pada kekhasan saat membuat dadak merak dengan motif dan ukiran khusus.

Sedangkan pemerintah kabupaten Ponorogo telah mendaftarkan tarian reog Ponorogo sebagai hak cipta milik Kabupaten Ponorogo yang tercatat dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004 dan diketahui langsung oleh Menteri Hukum dan Perundang-Undangan.

Wahai saudaraku Malaysia, apakah saudara tak henti-hentinya mengklaim sejumlah budaya milik Negara Kesatuan Republik Indonesia? Setelah Musik Angklung dari Sunda (Provinsi Jawa Barat) juga diklaim milik Malaysia. Lalu, batik khas Jawa sama-sama nasibnya diklaim milik Malaysia. Berikutnya, rendang dari Sumatera Barat pun juga diklaim Malaysia dan masih banyak lagi yang lainnya diklaim milik Malaysia.

Saudaraku Malaysia, mengapa Reog Ponorogo yang jelas-jelas adalah milik masyarakat Ponorogo, Jawa Timur itu diklaim dan diganti nama dengan Tarian Barongan ala Malaysia? Seperti Kuda Kepang yang disebutkan di website Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia mencantumkan berasal dari Jawa yang lebih dikenal dengan nama Kuda Lumping. Apa sulitnya mencantumkan secara jujur seperti Reog Ponorogo, Angklung dari Sunda (Jawa Barat), Batik dari Jawa, dan lain-lainnya.

Semoga saudaraku Malaysia sadar dengan sikapnya yang sewenang-wenang mengklaim budaya asli milik Indonesia. Cik Anwar Ibrahim pun mengingatkan isu Lagu Rasa Sayang tidak mungkin hangat dan bergolak seandainya hubungan kedua negara akrab. Malangnya sikap pemerintah Malaysia terlalu angkuh, menangkis hujah jiran secara sombong. Penderaan tenaga kerja Indonesia, dengan kes bunuh, rogol, penindasan majikan, hukuman sebat rotan di penjara semuanya memberikan gambaran betapa kejam dan angkuhnya pemerintah dan sebahagian rakyat Malaysia.

Saya menulis ini tidak ada bermaksud ingin provokasi antara Indonesia dengan Malaysia. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa sejumlah media di Indonesia memberikan sejumlah fakta dan informasi terutama mengenai Reog Ponorogo yang diklaim Malaysia secara sepihak. Tak ada rasa kebencian kepada saudaraku Malaysia karena kita adalah satu rumpun. Saya hanya ingin mengetahui dan berdiskusi banyak kepada saudaraku Malaysia tentang ini.

Wallahu 'alam


sumber foto: Portal Kementarian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia


13 comments:

Idrus Fhadli said...

itu membuktikan bahwa malaysia itu emang ga punya budaya sendiri... kerjaannya maling budaya orang laen melulu!!!

bahkan gw pernah baca di salah satu artikel (lupa alamatnya...) semua yang berada di wilayah nusantara merupakan milik si malaysia!!! termasuk budaya palembang semisal lagu gending sriwijaya!!! bah...!!!

Pinkina said...

udah gak usah diperpanjang masalah ini. Kenapa juga M'sia ngaku2 miliknya ??? Kenapa juga I'sia baru kebakaran jenggot pas udah kecurian??? selama ini kemana aja bung hehehe
/*maap emosi

Iman Brotoseno said...

Malaysia ??
( Ganyang Mode ON )

Unknown said...

Cuma bisa tarik nafas dalemmmmmmmmmmmm banget

Anonymous said...

Lha nama aslinya kan Malingsia yo panteeeeees :P

Eriek said...

@idrus fhadli: drus, jangankan lagu Gending Sriwijaya dari Palembang, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B, seperti dikutip dari Oyos Saroso, koresponden Lampung untuk Koran The Jakarta Post, mengatakan bahwa semua entri Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dimasukkan dalam Kamus Bahasa Melayu Malaysia.

selain itu, menurut Agus Shri Danardana, kepala kantor Bahasa Lampung, forum2 pengembangan "bahasa serumpun" selama ini hanya menguntungkan Malaysia. Selain mencuri kamus, mereka juga mencuri ide-ide pengembangan bahasa.

Saya makin yakin bahwa Malaysia itu benar-benar NEGARA MALING!! (ini tuduhan serius untuk Malaysia! Apa mereka bisa membantahnya?) Saya yakin mereka tidak cukup berani membantahnya. Maklumlah, suara mereka kan 'dibungkam' pemerintahnya.

@pinkina: Memperpanjang masalah ini? Kenapa kita tinggal diam? Halo!! Kita negara demokratis yang memiliki kebabasan berbicara dan berpendapat untuk kebenaran!! Kita (Indonesia,red) bukan seperti Malaysia, sebuah negara yang kini saya anggap Negara MALING!! satu per satu budaya asli Indonesia dicuri mereka dan diakui itu sebagai milik mereka. Sebagai rasa cinta saya kepada negeri ibu pertiwi ini, tentu saja saya 'marah' kepada Malaysia telah mencuri budaya asli kita. Kenapa kita selalu mempersoalkan ini terus? Seperti saya dan mungkin beberapa teman-teman Indonesia lakukan adalah tekanan kepada Malaysia melalui media internet ini untuk memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya fakta atas budaya asli yang kita (Indonesia,red) miliki. Tak akan dibiarkan Maling terus terjadi di negeri kita Indonesia!

@iman brotoseno: ada yang sepakat ganyang Malaysia? Mas Iman sudah siap ya? hehe... :-)

@nn: maksudnya tarik napas dalem? asma ya? :P

@goenrock: yup, saya sepakat. Sebutan Malaysia akhir-akhir ini sudah berubah ya? kasih sekali.

Nico Wijaya said...

tetangga oh tetangga...
*dah gitu aja, komen gak mutu :D*

Unknown said...

sulit juga berkomentar. Hak kekayaan intelektual memang mahal harganya, termasuk cagar alam dan budaya. Yang jadi soal, saya juga masih suka mencuri HAKI, seperti mendengarkan MP3 bajakan, nonton DVD bajakan. Mungkin kasusnya memang sedikit berbeda dibandingkan pencurian HAKI budaya kita oleh Malaysia, tapi mau dalam skala besar atau kecil, mencuri sama saja toh?

Anonymous said...

jangan-jangan makanan pempek di klaim malaysia juga ,sekalian amperanya haha

YoulieZ said...

tanya ma nyang punya budaya, dah dijaga lom budayana mpe k'malingan getho???

klo dibilang plagiat Indonesia juga tukang plagiat tapi Malaysia lebih parrrrahhhhhh...

gak da k'tegasan dari pihak pemerintah INA juga.

WASPADALAH!! Kemalingan bukan karna kejahatan si pelaku tapi karna ada kesempatan hohoho...("bener gak yak??" mata ngeliat ke atas sambil ngayal, bener gak yak omongan "Mas Napi")

Ayo sama2 jaga budaya Indonesia truz dipatenin.

MERDEKA!!

Luv INDONESIA ^0^

Anonymous said...

hadu..

kok isinya marah2 smua yah,,,

huhuhu...

mudah2an malaysia sadar...amiinn..

ade suryani said...

hayo...yang jurnalis,, jangan lupa liat dari "sisi sebelah" ya... jangan kebawa emosi gituh..

Anonymous said...

perlu memeriksa:)