Monday, November 12, 2007

Malam Minggu Pempov Lampung Ramai ABG

Tidak biasanya saya jalan-jalan pada malam minggu. Kalau pun ingin jalan ketika malam hari, biasanya diajak teman-teman dekat seangkatan saya di Teknokra. Dulu, kurang lebih empat tahun saat masih aktif di Teknokra, dalam satu minggu pasti jalan keluar malam. Entah itu ada sesuatu hal yang penting dan harus dikerjakan malam itu, sehingga rasa kantuk pun harus dikalahkan dengan hembusan angin malam yang menusuk paru-paru.

Kadang pergi sendirian. Tapi, lebih sering ditemani berdua atau bertiga menaiki motor. Kalau berdua, ya motornya cukup satu saja. Nah, kalau bertiga harus cari satu motor lagi untuk jalan. Tidak mungkin satu motor ditumpangi bertiga kan? Biasa-bisa ditilang polisi di tengah jalan.

Kendaraan bermotor roda dua ini di zaman sekarang, memang terasa sangat membantu untuk berpergian kemana pun. Apalagi motor yang biasa saya gunakan sehari-hari (Legenda2, red) ini, bahan bakarnya cukup irit. Keluar ongkos untuk beli bensin pun tak seberapa mahal dalam seminggu. Ya, lihat situasi dan kondisi juga. Jika jarang berpergian jauh, biasanya jadi irit pengeluaran sehari-hari saya.

Sebaliknya, kalau sering berpergian dalam dua hari biasanya harus mengeluarkan ongkos lebih dari biasanya. Tak apa. Pergi ke tempat teman atau senior saya, insya Allah niatnya silahturrahmi. Bahkan, dosen saya sering cerita tentang hikmah tentang silahturrahmi. Katanya, silahturrahmi itu akan memperpanjang usia bagi yang menjalankannya. Selain itu pula akan mendatangkan rezeki. Wallahu 'alam, rezeki hanya Allahu yang mengatur dan mengetahui. Saya jadi banyak mendapatkan semacam pencerahan dari dosen saya yang mengajar pada jurusan Teknik Elekro. Saya senang bisa banyak tukar-pikiran dengannya. Tak banyak dosen mau tukar-pikran seperti itu.

Jadi, malam minggu kemarin (10/11), saya, Dede, Yudi, Rieke dan Andi jalan-jalan. Tak ada yang mengira jalan-jalan malam minggu itu harus terdampar di halaman kantor Gubernur Provinsi Lampung. Biasanya kantor ini disebut Balai Keratun.

Rieke kebetulan datang dari Jakarta pada hari sabtu pagi (10/11). Ia ingin liburan di sini, setelah katanya, menyelesaikan terbitan majalah di tempatnya bekerja. Sebetulnya, ia pun ingin agar selain kita berempat tak ada yang mengetahui ia berada di Lampung. Termasuk teman dekatnya, Diova dan May pun ia tak mengabarinya. Di SMS-nya pun Rieke selalu mengingatkan saya agar tak memberitahukan siapa pun.

Di halaman kantor Gubernur Provinsi Lampung ternyata ramai orang, terutama mereka yang menggunakan sepeda motor. Kebanyakan mereka adalah para ABG atau Anak Baru Gede. Saya perhatikan mereka meskipun tidak terlalu begitu jelas, karena suasana malam hari di sekitar itu agak gelap. Meskipun lampu terlihat menyala di tiap penjuru komplek kantor pemerintahan itu, tapi tetap saja tidak bisa menerangi hingga ke setiap sudut-sudut.

Ramai seperti pasar kaget. Hilir mudik motor di tempat itu. Ada pula beberapa pasangan laki-laki dan perempuan malah duduk di atas motornya di komplek itu, tapi agak gelap. Samar-samar. Mungkin mereka lebih suka begitu, daripada tempat yang terang dan terlihat orang banyak. Tebak sendiri mereka berbuat apa. Saya dan teman-teman saya lebih memilih tempat yang cukup terang sinar lampu di komplek kantor pemerintahan itu.

Di seberang jalan dari komplek kantor pemprov itu, suara musik terdengar menghentak. Tak terlalu keras, karena itu bukan konser besar. Hanya panggung kecil lengkap dengan penyanyi, band dan sound system yang cukup terjangkau di dekatnya.

Saya kemudian jadi tahu, ternyata malam minggu di sana memang ramai orang. Entah untuk pacaran atau sekedar lihat orang pacaran di atas sepeda motor. Kira-kira satu jam kami ngobrol dan hanya duduk-duduk di atas tangga menghadap ke lapangan komplek kantor Pemprov Lampung itu. Selintas di pikiran saya, maklum saja Bandarlampung yang ibukota Provinsi Lampung ini tak punya taman kota yang cukup luas. Wajar saja, mereka memanfaatkan lahan lapangan kantor gubernur ini. Kasihan? Ya,..nasib jadi warga kota Bandarlampung.

4 comments:

Aryo Anantoro said...

abege emang gt ko', dimana aja kapan aja, asal ada kesempatan buat ngumpul ya kumpul :D *masih berjiwa abege ni*

dulu di jogja makin malem makin banyak abege yang berkeliaran di jalan :D

icHaaWe said...

ABG emang gak ada matinya..... yg oenting kumpul2, hura2, senang2... jadi pgn ABG lagi:P

Unknown said...

asal ditempat yang rame dan terang aja ngumpulnya. apalagi kalo bikin komunitas tertentu [yang arahnya positif tentu saja] bisa jadi nilai tambah.
tapi ya seperti yang Eriek bilang, kalo mojok berduaan di tempat remang-remang, kesannya jadi negatif untuk para ABG...

Eriek said...

@aryo: ya, begitulah a-be-ge zaman sekarang. "ngumpul ora ngumpul, seng penting mangan." :-D

@ichaawe: kalau semua a-be-ge berpikir seperti itu, apa kata dunia ya? mengutip Naga Bonar :-D. masa depan pemuda Indonesia akan seperti itu terus. atau bisa jadi lebih parah lagi karena derasnya arus globalisasi yang menyurutkan a-be-ge untuk berpikir maju. tidak hanya sekedar senang-senang belaka. waduh..kok saya jadi ceramah ya? maaf, semoga ada manfaatnya :-)

@isnuansa: nah itu, justru yang terlihat oleh saya yang remang-remang. hehe...

karena fasilitas untuk publik sangat minim macam taman kota yang nyaman itu belum punya. sayang sekali ya. jadi, dengan terpaksa mereka mencari tempat-tempat seperti itu. remang-remang.

coba suatu saat ada aparat merazia tempat itu. mungkin saja ada yang tertangkap ketika ada di antara mereka sedang berbuat mesum. ini penyakit masyarakat yang harus dimusnahkan?