Wednesday, June 06, 2007

Pemilihan Rektor Unila diwarnai Demonstrasi dan Pemukulan


Puluhan mahasiswa Unila terlihat masih bertahan di depan Gedung Rektorat Unila. Meskipun hujan deras sempat membasahi mereka beberapa menit, Rabu sekitar pukul 11 siang (6/6). Mereka saling bergantian berorasi membacakan tuntutannya. Seorang mahasiswa berdiri di atas meja, dengan suara yang lantang dari pengeras suara ke arah gedung berlantai tujuh itu.

Pilihan hari itu akan menentukan selama empat tahun ke depan Unila. Rektor Unila Periode 2007-2011 segera dipilih hari itu. Tiga calon rektor Unila, Prof.Dr.Ir.Tirza Hanum, Prof.Dr.Ir.Sugeng P.Harianto, dan Prof.Dr.Sudjarwo nasibnya ditentukan oleh 43 anggota Senat Unila yang akan memilih satu di antara mereka bertiga untuk menjadi Rektor Unila empat tahun mendatang.

Sejak pukul 9 pagi, Rapat Senat Unila dengan agenda pemilihan rektor Unila langsung dibuka oleh Ketua Senat Unila Prof.Dr.Ir.Muhajir Utomo,M.Sc. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian visi dan misi serta tanya-jawab dengan para anggota Senat Unila secara berturut-turut mulai dari: Prof.Dr.Ir.Tirza Hanum (Pembantu Rektor I Bidang Akademik), Prof.Dr.Ir.Sudjarwo (Dekan FKIP), dan terakhir Prof.Dr.Ir.Sugeng P.Harianto (Dekan FMIPA).

Tiga calon rektor itu telah menyampaikan visi dan misi serta tanya-jawab dengan para anggota Senat Unila, sekitar pukul 10.45 WIB. Selanjutnya, agenda pemilihan rektor segera dimulai. 43 kertas suara dibagikan kepada 43 anggota Senat Unila yang hadir saat itu. Proses pemilihan hingga perhitungan suara berjalan lancar hingga sekitar pukul 11.30 WIB. Hasilnya, Prof.Dr.Ir.Sugeng P.Harianto meraih suara terbanyak (27 suara), disusul Prof.Dr.Ir.Tirza Hanum (14 suara) dan Prof.Dr.Sudjarwo (2 suara).
***
Di luar gedung Rektorat Unila tampak para mahasiswa yang sebagian besar mengenakan jaket alamamater Unila itu semakin 'memanas'. Mereka menantikan Rektor terpilih Prof.Dr.Ir.Sugeng P.Harianto untuk diminta agar segera menemui mereka dan menandatangani delapan tuntutan yang disampaikan para mahasiswa. Namun, dari sebelah timur dan barat para Satpam telah berjaga-jaga dan meblokir para mahasiswa dengan meja-meja sebagai pembatas agar tidak mendekat ke arah pintu masuk Gedung Rektorat Unila.

Saya yang berada di luar gedung itu jadi kebingungan. Niat ingin masuk tiadak berhasil karena semua pintu masuk ke Gedung Rektorat ditutup dan dijaga para Satpam. Saya penasaran untuk segara masuk dan menemui rektor yang baru saja terpilih.

Dengan melakukan lobi dan mengaku wartawan kepada salah seorang Satpam, akhirnya saya dan teman saya berhasil masuk ke dalam gedung, lalu segera menuju ke Ruang Sidang Rektorat di lantai dua, tempat berlangsungnya pemilihan rektor.

Tidak lama kemudian, terdengar suara ramai dari arah para mahasiswa yang berdemonstrasi di depan gedung itu. Secepatnya saya lari keluar gedung dan mencari tahu apa yang terjadi. Menurut beberapa wartawan dan fotografer media cetak yang sempat saya tanyakan, ada seorang mahasiswa Fakultas Teknik (FT) dipukuli Satpam karena diduga sebelumnya memukuli seorang calon rektor saat akan keluar dari gedung.

Menurut wartawan dan fotografer yang saya tanyai, laki-laki yang diduga calon rektor Prof.Dr.Sudjarwo itu memakai seragam Satpam dan mengenakan helm tertutup sehingga wajahnya tidak terlihat dengan jelas, lalu dibonceng seorang Satpam lain dengan mengendarai sepeda motor untuk menghindari kerumunan para mahasiswa yang berdemonstrasi.

Namun, saat si pengendara sepeda motor memboncengi yang diduga tadi calon rektor Prof.Dr.Sudjarwo, itu menabrak seorang mahasiswa FT yang kebetulan sedang menyeberang jalan di depan Gedung Rektorat dan sempat menabrak mahasiswa tadi. Tidak lama kemudian, para Satpam yang berjaga tiba-tiba mengejar mahasiswa tadi hingga ke depan Gedung A Fakultas Pertanian yang tidak jauh dari Gedung Rektorat Unila.

Mahasiswa tadi sempat mendapat pukulan dari sejumlah Satpam yang menangkapnya. Mukanya tampak memar dan kemerah-merahan. Kacamata yang dipakainya pun terlihat pecah. Ia sepertinya tidak melawan saat ditanggap dan mendapat pukulan dari para Satpam.

Setelah digiring masuk ke dalam Rektorat Unila dan ditanya sejumlah wartawan TV dan media cetak juga Satpam, mahasiswa itu ternyata korban salah sasaran dari oknum Satpam yang memukulnya.

Saya sempat mengambil sejumlah gambar dengan memfoto dan rekam video dari peristiwa kerumunan Satpam yang memukuli mahasiswa yang menjadi korban. Meskipun rekaman video itu berdurasi sebentar, dari situ bisa dilihat kearoganan dan kemurkaan oknum Satpam terhadap mahasiswa yang menjadi korban sasaran pemukulan.

6 comments:

Unknown said...

yah... yang masih anget arogansinya angkatan laut di pasuruan kemaren kan?

Eriek said...

yap, benar sekali na. tapi, aku ngga ngikuti sejak awal. sepertinya kasus itu hampir sama dengan yang terjadi di lampung (talangsari) juga pada tahun 1989 lalu. aparat tni menembaki para penduduk hingga banyak yang meninggal. sungguh kejamnya tni saat itu!

imgar said...

duh..
sayang banget ya..pake ada kasus dan insiden pemukulan segala..
prihatin..

ikram said...

Halo Erie!

Di televisi saya seperti melihat Juwendra loh di sana. Bener dia bukan?

Yudo Poerwoko said...

Kuliah yang benar dulu....buat apa sih dukung mendukung tidak ada untungnya!!!! apa orang yang kita dukung itu mengangkat hidup kita atau menjamin kita sukses di karir jangan mau hidup kita diperalat..buka mata bung!!!!

ireng said...

jadi siapa provokatornya?