Saya yang termasuk tak mengerti tentang puisi dan dunianya, kemudian menjadi tertarik setelah mengikuti sebuah acara yang diadakan teman-teman UKM BS (Bidang Seni) yakni temu sastrawan di Gedung PKM Unila, Jumat malam (18/08) lalu. Yang membacakan sajak saat itu adalah Budi P Hatess, nama pena dari Budi Hutasuhut. Ia adalah wartawan Lampung Post, yang sehari-hari bekerja sebagai Redakstur opini di sana. Saya mengenalnya karena pernah mengirimkan opini untuk harian media group milik Surya Paloh ini.
Dari kumpulan sejumlah sajak yang ditulisnya dan dibagikan kepada para peserta malam itu, ada sebuah sajak yang membuat saya tertarik dan terharu ketika saya menyimak saat Bang Budi (panggilan akrab saya kepadanya, red) membacakan empat sajaknya.
Sajak di bawah ini yang buat saya tertarik:
Sajak untuk anakku
memandangimu saat tertidur
tak pernah aku sekhawatir ini dalam hidup
sungguh, usia anak-anak sudah kau lewatkan
betapa lekas waktu mematangkanmu menjadi dewasa
membuat aku dan ibumu begitu renta
dan usia perkawinan kami menjadi sangat sederhana
aku dan ibumu silih berganti mengawasi tidurmu
kulitmu putih, matamu jernih
dengan senyum seindah pagi, kami tahu kau bermimpi
segala yang menyegarkan mantul di wajahmu
tak pernah aku sekhawatir seperti saat ini
maka kuterjemahkan cintaku kepadamu
dengan lembut kutepuk nyamuk pada kulitmu
dengan hati-hati menyelimutimu
aku cinta padamu, nak, seperti juga cinta
pada ibumu
memandangimu saat tertidur
tak pernah aku sekhawatir ini dalam hidup
sungguh, usia anak-anak sudah kau lewatkan
betapa lekas waktu mematangkanmu menjadi dewasa
membuat aku dan ibumu begitu renta
dan usia perkawinan kami menjadi sangat sederhana
aku dan ibumu silih berganti mengawasi tidurmu
kulitmu putih, matamu jernih
dengan senyum seindah pagi, kami tahu kau bermimpi
segala yang menyegarkan mantul di wajahmu
tak pernah aku sekhawatir seperti saat ini
maka kuterjemahkan cintaku kepadamu
dengan lembut kutepuk nyamuk pada kulitmu
dengan hati-hati menyelimutimu
aku cinta padamu, nak, seperti juga cinta
pada ibumu
5 comments:
wah iya jadi kebayang kalo papa saya yg bikin itu buat sayaa waaah ! bisa giiila ! he3x. . . walopun kurang memahami puisi, sepertinya indah didengar...
sajak untuk anakku :(
membuat perasaan ini melayang, pikiran ini mengembara ke masa laluku yang indah. saat masih berkumpul dengan bonyok di rumah di watampone. tapi sekarang mereka dah pindah. they are in heaven now. but i know their love always here. in my heart. i love them, i miss them.
"buat temen yg masih punya ortu, sayangin mereka yach, patuhin mereka, sakit banget lho kalo mereka dah pergi"
kan udah masuk kompas tentang ospek itb hehe
-soe
wah, kupikir eriek udah punya anak :D. tapi puisinya memang bagus..
riek.. sekarang udah september loh :)) hayo update!
Post a Comment