Thursday, January 24, 2008

Air Mancur Universitas Lampung

Suatu sore beberapa hari yang lalu, saya jalan-jalan ke Fakultas Hukum. Ada teman saya di sana. Sekedar mampir dan rileks saja melepas kejenuhan. Kebetulan juga saya bawa kamera dan memfoto-foto di sekeliling FH. Fotoku juga ada. Tapi, sengaja tidak saya muat di sini :-)

Sore yang sedikit mendung itu, saya kira akan segera turun hujan. Tiba-tiba saya tertarik ingin lihat air mancur yang baru saja selesai 'disulap' para tukang. Kemudian, saya jalan ke arah air mancur yang berbentuk bundaran. Mirip seperti bundaran Hotel Indonesia di Jakarta atau bundaran air mancur di dekat Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.

Untung saja saat itu air mancurnya masih hidup. Saya juga ketemu tiga teman saya. Kami berfoto-foto di sana. Lumayan menambah koleksi foto-foto di komputer saya.

Kata teman saya, air mancur yang bagus di Bandar Lampung satu-satunya ada di Universitas Lampung (Unila). Ah, yang benar? kata saya. Coba sesekali jalan ke kota Bandar Lampung. Saya memang tidak pernah menemui ada air mancur berbentuk bundaran yang mengelilingi jalanan, seperti di Jakarta dan Palembang.

Di Bandar Lampung, hanya ada sebuah Tugu Gajah di tengah persimpangan Jalan Raden Intan, Tanjung Karang. Tapi, menurut saya itu tidak seperti air mancur meskipun ada air mancur kecil yang menyemburkan air. Disebut Tugu Gajah karena tugu itu dikelilingi patung-patung gajah. Jadi, menurut penelusuran saya, satu-satunya yang memiliki air mancur di Bandar Lampung baru Unila saja. Mungkin Unila satu-satunya universitas di Indonesia yang punya air mancur seperti ini (tapi, belum menelusuri seluruh universitas di Indonesia). Hehe...

Sunday, January 20, 2008

Kompas.com Berubah Tampilan

Baru saja saya lihat tampilan Kompas versi online. Saya kaget dan tersanjung (jadi ingat sinetron tersanjung. hehe..) pada pandangan pertama kali ini. Sejak kapan berubah tampilannya? Entahlah, saya belum sempat tanya Pemimpin Redaksinya Suryopratomo. (Halah...halah...kenal ngga dengan pemred-nya)

Tampilan Kompas online yang sekarang cukup bagus daripada sebelumnya. Tapi setelah melihat ada logo Kompas.com dan diapit tulisan "Beta", tampaknya versi online ini belum sempurna. Selain itu yang menarik, foto berita utama dan keterangan dari foto pada website Kompas yang terbaru itu, kini bisa berganti-ganti dengan foto-foto lainnya. Tidak seperti sebelumnya, foto tampak statis. Kecuali kalau masuk berita terbaru dan up to date.

Untuk melihat versi online dari Kompas cetak, tampilannya yang terbaru lebih indah. Semua diatur dalam masing-masing index terbitan dan rubrik yang tersedia. Biasanya link versi cetak berada di sebelah kanan, kini link-nya pindah dan menempati bagian atas. Secara berturut-turut: KompasCom, Kompas cetak, Kompas mobile, Kompas images, Kompas TV, Seleb TV, Gramedia Onliene dan Komuniti.

Tampaknya Kompas mulai berbenah secara perlahan-lahan. Lalu, saya jadi teringat ketika ukuran dan warna logo Kompas berubah menjadi warna biru pada tahun 2005. Media cetak tertua di Indonesia ini memperingati hari ulang tahunnya ke-40. Sekarang Kompas versi online pun berubah semakin dinamis dan elegan. Kini persaingan media semakin ketat. Media yang bagus dan bisa mencerdaskan masyarakat adalah media yang diharapkan bagi masyarakat luas.

Lelah dan Cukup itu saja

Rasanya saya ingin istirahat. Setelah kemarin penuh dengan agenda yang tidak semuanya tercapai maksimal. Ada beberapa janji yang belum ditepati. Rasanya menyesal tidak menepatinya. Rasanya saya telah buat kecewa teman. Rasanya ada yang salah pada diri saya. Rasanya 24 jam sehari belum cukup. Masih banyak yang hendak dikerjakan, namun apa daya tak sanggup memenuhi itu semuanya.

Saya lelah. Jika istirahat dan berhenti, saya akan tertinggal jauh. Waktu akan terus berputar selama 'ruh' di bumi masih terus berputar sesuai dengan porosnya. Selama bumi berputar mengelilingi matahari. Selama makhluk-makhluk ciptaan Allahu SWT masih terus regenerasi.

Monday, January 14, 2008

Andai Saya Punya Eee PC

Sebelum membayangi sebuah laptop Asus Eee PC ada di pangkuan saya sambil menikmati 'berselancar' dunia internet, saya tadi 'ngintip' blog Mas Priyadi di sini. Tumben pikir saya, Mas Priyadi pengen laptop 'mungil' ini. Ternyata produsen laptop Asus yang mengeluarkan laptop Eee PC segera launching dalam waktu dekat di Indonesia.

Kalau saya dikasih gratis laptop Asus Eee PC seri apa pun, akan saya gunakan untuk aktivitas mengetik laporan jurnalistik di mana pun karena mudah dimuat dalam tas ransel, mudah dibawa kemana-mana (mobile) dan yang terpenting ringan (beratnya 0,92 Kg). Baterainya saja bisa tahan hingga 3,5 jam tanpa perlu di-charge. Koneksi dengan wifi 801.11 b/g pun telah tersedia di laptop ini. Jadi, tidak ada hambatan ketika browsing dengan hotspot.

Laptop yang saya gunakan sekarang ECS G311L mungkin segera saya lelang kalau beruntung dapat Eee PC ini. Maklum, laptop ECS saya itu berat banget (2,8 Kg). Apalagi dibawa kemana-mana di dalam tas ransel. Ukuran LCD-nya memang besar (15,4 inchi).

Menginginkan laptop Eee PC ini sudah sejak periode bulan November-Desember 2007 lalu. Saya menantikan kehadiran Asus Eee PC ini. Lihat dari rilis di website Asus, ukuran layarnya hanya 7 inchi. Sangat kecil bukan? Apalagi sekarang jika dibandingkan dengan banyak vendor laptop lainnya banyak menawarkan dengan ukuran layar 14-15 inchi, karena dari segi harga cukup terjangkau konsumen. Biasanya laptop dengan ukuran di bawah 14 inchi harganya pasti mahal.

Coba-coba mencari Eee PC dari beberapa forum mulai dari kaskus, di sini, dan akhirnya mampir di website resmi Asus Indonesia, harga jualnya berbeda-beda. Rata-rata dijual di atas Rp 3,5 juta. Saya jadi bingung, mana harga resmi yang djual Asus ya? Tapi, setelah melihat harga yang paling murah ditawarkan pada saat acara launching-nya nanti seharga Rp 3,6 juta. Acara launching-nya pun akan dilaksanakan di Mall Kelapa Gading 2 (MKG2) Jakarta, lantai dasar depan Sogo Krispy Creme, pada tanggal 26 Januari 2007 mendatang, pukul 14.00 WIB.

Maksud menulis ini pun karena ingin dapat sebuah laptop Asus Eee PC gratis. Jadi saya buru-buru ikut kompetisi "Asus Eee PC Blog Competion dan Launching Eee PC". Siapa tahu saya termasuk yang beruntung dari sekian blogger yang ikut kompetisi ini. Tak sabar menanti Eee PC segera saya raih. Mohon do'anya agar terkabul ya. (Hehe..)

Sunday, January 13, 2008

Rencana Pindah ke Hati yang Lain

Sabtu kemarin (12/1), saya mencoba memindahkan seluruh posting yang ada di engine Blogspot ini ke Wordpress. Wordpress seperti diketahui merupakan engine untuk membuat blog yang gratis sama seperti engine Blogspot. Blog yang saya bangun sejak awal (tahun 2004) hingga sekarang (2008) masih menggunakan Blogspot.

Kini masih dalam proses menentukan pilihan yang tepat agar tidak menyesal di kemudian hari (halah...). Sempat berpikir berencana akan pindah ke engine Wordpress untuk seterusnya. Menulis di blog bagi saya, butuh konsisten engine blog yang sering diisi dan digunakan untuk jalan-jalan atau istilah para blogger itu "Blogwalking" ke blog lainnya dan meninggalkan link blog kita sendiri.

Sejauh ini yang saya ketahui dan memantau blog-blog dengan dua engine (Blogspot dan Wordpress) ini, masing-masing mempunyai 'pasarnya' atau segmen sendiri. Misalnya, ada blogger yang menggunakan blogspot dan biasanya para komentator yang hadir di blog itu berasal dari blogger yang menggunakan engine yang sama (Blogspot). Hal yang sama juga seperti blogger yang menggunakan engine Wordpress, biasanya yang memberikan komentar berasal dari blogger Wordpress. Rata-rata saya perhatikan begitu.

Sepengetahuan saya juga, engine Blogspot tidak menyimpan backlink setelah kita meninggalkan komentar di blogger yang menggunakan engine Blogspot. Ternyata, harus beberapa kali melompati link-link berikutnya untuk menemukan blog utamanya. Memang betul masing-masing kedua engine blog ini (Wordpress dan Blogspot) memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Keduanya juga masih gratis dan mudah untuk digunakan bagi yang awam dengan istilah-istilah dan cara-cara yang 'njlimet' (susah,red) pengaturannya.

Banyak teman-teman blogger saya sudah pindah hati yang lain. Kebanyakan mereka yang sebelumnya menggunakan engine Blogspot, hijrah menggunakan engine Wordpress. Jadi tertarik mengikuti jejak seperti mereka juga. Bukan sekedar alasan ikut-ikutan saja, tapi seperti alasan yang saya sebutkan di atas tadi. Ehm,..ada ide lain soal ini?

Thursday, January 10, 2008

Busway atau TransJakarta?

Ini kisah (lanjutan) perjalanan saya ketika ke Jakarta, Sabtu lalu (30/12). Perjalanan singkat pertama yang pernah saya lakukan. Biasanya ke Jakarta sering menunggangi sepeda motor saya, Si Honda Legenda. Dengan sepeda motor biasanya menghabiskan waktu 8-9 jam perjalanan. Tapi, itu pun tergantung dengan kondisi cuaca, lama penyeberangan Kapal Ferry Selat Sunda, kemacetan lalu lintas dan keadaan sepeda motor. Beberapa posting waktu ke Jakarta bisa lihat di sini, di sini, dan di sini.

Yang menarik selama di Jakarta menjelang tutup tahun 2007 bagi saya, ketika itu mencoba Busway. Tapi, sebenarnya alat transportasi ini disebut Busway atau TransJakarta ya? Sering kali kita lebih akrab dengan sebutan "Busway" daripada "TransJakarta". Saya coba cari di Google mengenai Busway. Tambah-tambah referensi di sini dan mungkin ketemu pengalaman salah satu blogger yang menggunakan fasilitas transportasi made in Sutiyoso ini.

Ada yang menarik membaca komentar-komentar dari blogger ini, menanyakan hal yang sama seperti apa yang ingin saya ketahui. Busway atau TransJakarta? Di blog itu beranekaragam mengomentari dua istilah itu. Ada yang mengatakan dua istilah itu (Busway dan TransJakarta), lebih populer dengan sebutan Busway. Padahal, artinya Busway itu jalur bus. Jadi, kalau ada yang tanya, Naik apa? Naik Busway (naik jalur bus). Nah loh? Jalur bus kok dinaiki? Hehe...

Tidak hanya itu saja, di seluruh jalur bus TransJakarta ada rambu-rambu tertulis "Khusus Jalur Busway". Artinya, khusus jalur jalan bus. Nah, tambah gendeng:). Melihat masyarakat Jakarta kini banyak yang kritis dengan bahasa Indonesia. Ada yang mengatakan salah kaprah penyebutan Busway itu.

Mari kita kembali ke topik awal. Ketika saya baru tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, saya menghubungi Aziz, teman dekat saya yang tinggal di Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat. Ia ibaratnya peta jalan tujuan pertama saya ke Jalan Gajahmada, Jakarta.

Setiap saya sms minta rute jalan, Aziz kasih petunjuk naik Bus TransJakarta dengan tepat. Jadi, saya tidak pernah kesasar. Misalnya, saya naik bus Damri AC dengan tiket seharga Rp15 ribu ke Stasiun Gambir dari Bandara Soekarno-Hatta. Kemudian dari Stasiun Gambir, saya naik bus TransJakarta dengan membeli tiket di station itu seharga Rp3.500,- tujuan ke Center Senen (Pasar Senen). Dari sana, saya menyambung dengan bus lain tujuan Kampung Melayu dan turun di depan Universitas Indonesia (Salemba). Kemudian, naik angkot 04 tujuan Percetakan Negara, Rawasari, Jakarta Pusat.

Asal petunjuknya jelas dan tepat, saya bisa sampai ke rumah teman saya meskipun masih kesasar di beberapa gang-gang yang sempit dan ramai pemukiman penduduk. Daerah itu ramai penjual-penjual bahan bangunan. Kata teman saya, di daerah itu seperti pusat penjualan bahan bangunan.

Ada station (halte) bus TransJakarta yang sangat ramai, seperti Harmoni. Saya pernah terjebak macet dan mengantri untuk melanjutkan bus tujuan Pulogadung. Sepanjang tangga, orang mengantri. Tangga sangat sempit. Ada yang ingin naik, ada pula yang ingin turun. Pusing juga berdesak-desakan begini. Saya sempat terpikirkan, gimana kalau jam-jam kerja sibuk? Tambah padat manusia menumpuk dan antri di halte-halte dan bus-bus bukan?

Iyalah, ini kan Jakarta Bung!! Bukan Palembang, bukan pula Lampung. Orang seperti saya mana tahan berdesak-desakan dengan banyak orang untuk naik ke bus TransJakarta. Apalagi menunggu lama untuk pindah bus berikutnya. Kesabaran memang diuji setiap saat di sini. Tapi, ada saja waktu itu saya lihat ada seorang ibu memaksakan diri memotong jalur antri di tangga yang sempit. Sejumlah orang "ngomel" kepada ibu itu. "Bu!! Antri dong!! Jangan nyelonong aja!!"kata orang-orang menggerutu.

Inilah fenomena naik Bus TransJakarta. Masalah kemacetan Jakarta masih belum terpecahkan hanya dengan membangun infrastruktur jalur bus (busway) TransJakarta untuk masyarakat urban ibukota negara Indonesia ini. Salah satu sebab kemacetan Jakarta itu adalah jumlah kendaraan terlalu banyak dan fasilitas transportasi publik masih minim. Sering kali saya temui di jalan-jalan padat kendaraan, satu mobil kendaraan pribadi hanya seorang saja di dalam itu. Hampir rata-rata saya temui begitu. Wajar saja Jakarta penuh dengan mobil-mobil pribadi yang hanya dimuati satu orang (pengendara mobil).

Seperti sepanjang jalan Gatot Subroto adalah jalur padat dan ramai kendaraan. Ketika saya mengendarai sepeda motor di jalur itu, sering kali setiap pagi dan sore macet. Apalagi di dekat Plaza Semanggi. Sangat ramai sekali. Sepeda motor bersaing melewati celah-celah sempit yang ada. Di sinilah dibutuhkan keahlian pengendara sepeda motor dalam menyalip mobil-mobil yang terjebak macet. Berapa jam sehari waktu dihabiskan hanya karena macet ini? Memprihatinkan. Bagi saya, ini membosankan dan menyia-nyiakan waktu.
Adakah solusi yang benar-benar menjadi solusi atas kemacetan Jakarta?

*foto: Ketika Saya harus terpaksa mengantri di station (halte) Central Senen untuk mengganti rute TransJakarta tujuan Harmoni. Ada tulisan yang dibuat dari karton digantung di atas jembatan tangga penghubung itu. "X Deres Turun Antri Di Bawah"

Wednesday, January 02, 2008

Terbang Ke Jakarta

Saya ke Jakarta naik pesawat dari Bandara Raden Intan, Lampung, Sabtu pagi kemarin (30/12). Mungkin ini yang kedua kalinya saya naik pesawat. Sebelumnya, pertama kali naik pesawat, saya masih kecil. Kira-kira usia anak TK. Masih imut dan nakal. Waktu itu berangkat dengan ibu saya, dari Bandara Sultan Mahmud Badarudin II, Palembang, tujuan ke ke Bandara Internasional Juanda, Surabaya. Adik Ibu saya yang terakhir melangsungkan pernikahan dengan mempelainya.

Minggu sore (31/12), saya sudah kembali pulang ke Lampung. Saya tidak bisa berlama-lama di Jakarta karena ada urusan mendadak selama kurang dari 24 jam itu. Beruntung saya bisa menumpang menginap di rumah dua teman akrab saya, Abdul Aziz dan Hendri Gustian, di daerah Rawasari, Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat. (Terima kasih akhi, lain waktu saya menumpang lagi ya. Hehe...)

Perjalanan dengan menumpang pesawat terasa aneh. Betapa seperti orang baru pertama kali naik pesawat. Dengan memegangi sebuah kamera digital, saya memfoto-foto ruang tunggu keberangkatan pesawat di Bandara Raden Intan. Bahkan, pandangan saya seperti seorang detektif (halah..). Mata memandangi hampir ke penjuru sudut ruangan dan memerhatikan para calon penumpang yang akan berangkat. Sambil lirik-lirik adakah cewek cakep di sana? (Hehe..)

Hari Sabtu pagi itu, saya kira pesawat yang berangkat adalah pesawat yang saya tumpangi (Adam Air). Ternyata, pesawat Sriwijaya Air berangkat lebih cepat satu jam (sekitar pukul 9 pagi). Service mereka cukup memuaskan. Terlihat petugasnya menyediakan makanan kotak dan minuman hangat, seperti teh dan kopi. Ya, itu khusus penumpang Sriwijaya Air di Bandara Raden Intan, Lampung. Sayangnya, Adam Air tidak menyediakan itu. Saya hanya 'ngiler' aja melihat para penumpang Sriwijaya Air menyeruput minuman dan makanannya di ruang tunggu itu.

Satu jam setelah keberangkatan pesawat Sriwijaya Air ke Jakarta, tiba berikutnya keberangkatan pesawat yang saya tumpangi, Adam Air tujuan ke Jakarta juga. Kamera digital di tangan kanan saya siap membidik dan memfoto suasana lapangan terbang serta pesawat yang akan mengangkut saya.

Di depan pintu masuk pesawat, seorang pramugari cantik tersenyum. Ia berkulit putih dan manis (emangnya gula, Hehe...). Memang rata-rata harus begitu ya menjadi seorang pramugari. Seperti menjadi Sales Promotion Girl atau SPG. Ya, mungkin mutlak penampilan harus cantik. Soal kriteria lainnya bisa nomor dua dan kesekian kan?Untung saya dapat kursi paling dekat dengan jendela. Jadi, bisa melihat dan memfoto pemandangan yang sangat indah di luar. Diam-diam saya memfoto pramugari ketika pesawat sebelum "take off" dari bandara. Dua pramugari memperagakan keselamatan diri jika terjadi kecelakaan. Ada jaket pelampung di bawah kursi, masker oksigen di bagian atas, dan pintu darurat. Semua dipergarakan pramugari itu dengan santainya. Tampaknya para pramugari itu memang sudah sangat terbiasa memperagakan alat-alat keselamatan darurat itu setiap sebelum pesawat lepas landas.

Tiba-tiba suara pramugari memberitahu para penumpang terdengar dari pengeras suara. Pesawat siap "take off". Desingan suara jet pesawat terdengar keras hingga ke ruang kabin penumpang. Kamera digital saya letakkan mengarah ke luar jendela. Saya setting untuk mode video dan siap "record". Oh ya, tapi cuma punya hasil "record" pendaratan yang bisa lihat di sini.Menakjubkan! pesawat akhirnya terbang hingga mencapai 15.000 kaki!!. Hore!! Saya terbang. Pemandangan melihat ke bawah sungguh menakjubkan. Subhanallah. Indah sekali bisa melihat sebuah gugusan pulau. Seperti melihat Google Earth dari internet.

Tuesday, January 01, 2008